NarayaPost

Bersama Kebenaran, Ada Cahaya

Home » Blog » Ekonomi Global Tertekan Isu Perdagangan, Ini Kata Bank Dunia

Ekonomi Global Tertekan Isu Perdagangan, Ini Kata Bank Dunia

ekonomi global

NarayaPost — Perekonomian global berpotensi bangkit lebih cepat jika negara-negara besar mampu meredakan ketegangan perdagangan dan mengurangi ketidakpastian kebijakan. Menurut Bank Dunia, dua faktor ini menjadi penyebab perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini yang mencapai titik terendah sejak 2008.

Lebih lanjut, simak penjabarannya berikut ini.

BACA JUGA: Perundingan Dagang AS-Tiongkok Digelar di London

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Keresahan Bank Dunia

Dalam laporan Global Economic Prospects terbaru, Bank Dunia memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) global hanya akan tumbuh 2,3 persen pada tahun 2025. 

Angka tersebut turun hampir setengah persen dari proyeksi Januari lalu. Proyeksi ini muncul di tengah perundingan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok di London, yang bertujuan meredakan “perang dagang” antara kedua ekonomi terbesar dunia tersebut.

Bahkan, proyeksi Bank Dunia ini lebih pesimistis dibanding International Monetary Fund (IMF) yang pada April lalu memperkirakan pertumbuhan global akan turun menjadi 2,8 persen di tahun 2025. 

Kedua lembaga tersebut sepakat menyoroti ketegangan perdagangan yang meningkat dan ketidakpastian kebijakan sebagai penyebab utama perlambatan ini.

Meski begitu, baik Bank Dunia maupun IMF tidak memprediksi terjadinya resesi global. Namun, jika proyeksi dua tahun ke depan ini benar-benar terjadi, pertumbuhan global dalam tujuh tahun pertama dekade 2020-an akan menjadi yang paling lambat sejak tahun 1960-an. 

Bank Dunia juga telah menurunkan proyeksi pertumbuhan untuk hampir 70 persen negara, meliputi semua kawasan dan kelompok pendapatan.

“Optimisme akan ‘pendaratan lunak’ enam bulan lalu kini telah sirna,” kata Indermit Gill, Wakil Presiden Senior dan Kepala Ekonom Bank Dunia sebagaimana dikutip dari China Daily

Ia menambahkan, ekonomi dunia kembali menghadapi turbulensi, dan tanpa perubahan arah yang cepat, standar hidup bisa terdampak secara mendalam.

Laporan ini juga mencatat bahwa kenaikan tajam tarif dan ketidakpastian kebijakan telah memperlambat perdagangan global. 

Volume perdagangan dunia diperkirakan hanya akan tumbuh 1,8 persen tahun ini, jauh di bawah angka 3,4 persen pada tahun 2024. 

Selain itu, kenaikan tarif dan pasar tenaga kerja yang ketat juga memicu inflasi global, yang diperkirakan mencapai rata-rata 2,9 persen pada tahun 2025. Angka tersebut terhitung lebih tinggi dibanding sebelum pandemi.

Masih menyadur sumber yang sama, proyeksi pertumbuhan ekonomi AS pada 2025 memburuk, diperkirakan hanya tumbuh 1,4 persen karena tertekan hambatan perdagangan, ketidakpastian, dan volatilitas pasar keuangan. Sementara itu, pertumbuhan Tiongkok stabil di 4,5 persen berkat dukungan kebijakan fiskal.

Di luar Asia, banyak negara berkembang mengalami stagnasi, dengan pertumbuhan ekonomi melambat tajam sejak 2000-an dan pendapatan per kapita yang jauh di bawah rata-rata pra-pandemi. 

Untuk membalikkan tren ini, Bank Dunia menekankan penyelesaian sengketa dagang melalui pemotongan tarif dapat meningkatkan pertumbuhan global. Kerja sama ekonomi dianggap lebih efektif, bahkan bisa menambah pertumbuhan global sebesar 0,2 persen jika tarif dipangkas setengahnya. 

Di samping itu, para ekonom Bank Dunia dan IMF sepakat bahwa dialog global dan kerja sama internasional sangat penting untuk mencapai pertumbuhan yang lebih stabil dan sejahtera, serta mengurangi biaya akibat ketidakpastian perdagangan.

Karena hal tersebut, Bank Dunia mendesak negara-negara untuk mengurangi tarif dan memperluas perjanjian perdagangan yang komprehensif, memperkuat keuangan publik, menciptakan lapangan kerja, dan mendukung lembaga seperti World Trade Organization (WTO). 

Meski ada risiko geopolitik dan iklim, respons global yang terkoordinasi, liberalisasi perdagangan, pengelolaan fiskal yang bertanggung jawab, dan reformasi ketenagakerjaan dianggap sebagai kunci untuk ketahanan ekonomi dan peningkatan standar hidup.

Kesimpulan 

Inti dari pembahasan di atas, yakni ekonomi global menghadapi perlambatan signifikan, dengan Bank Dunia memproyeksikan PDB hanya tumbuh 2,3 persen pada 2025. 

Ketegangan perdagangan dan ketidakpastian kebijakan menjadi pemicu utama, menekan pertumbuhan dan memicu inflasi, meskipun resesi global tidak diprediksi. Periode ini bisa menjadi yang terlambat sejak 1960-an, berdampak pada standar hidup dan negara berkembang. 

BACA JUGA: Izin PT Gag Nikel Tidak Dicabut, Ini Alasan dan Faktornya

Bank Dunia dan IMF sepakat bahwa penyelesaian sengketa dagang, pemotongan tarif, dan kerja sama internasional krusial untuk pemulihan. Liberalisasi perdagangan, pengelolaan fiskal, dan reformasi ketenagakerjaan juga tak kalah penting untuk ketahanan ekonomi di masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *