Tips Konsumsi Gula dengan Tepat, Mari Hidup Sehat!

NarayaPost – Sangat tidak mungkin penggunaan gula pada manusia sepenuhnya dihilangkan. Kebutuhan gula menjadi amat sangat penting, namun tetap dalam takaran yang sesuai. Yuk, simak tips konsumsi gula dengan tepat.
Dalam keseharian, gula tak ubahnya sahabat setia di setiap meja makan. Hadir dalam secangkir teh hangat di pagi hari, sepotong kue di sore yang lenggang hingga dalam saus tersembunyi di hidangan favorit.
Lebih dari sekadar pemanis, gula sebenarnya memegang peranan penting sebagai sumber karbohidrat yang diolah tubuh menjadi energi untuk beraktivitas. Namun, di balik manisnya rasa tersimpan ironi yang tak bisa diabaikan.
BACA JUGA: Standar Garis Kemiskinan RI Meledak, Akankah Direvisi?
Sebab, gula kerap menjadi kambing hitam dari berbagai masalah kesehatan, khususnya diabetes. Padahal, tubuh tetap membutuhkan gula dalam jumlah tertentu untuk menjalankan fungsinya secara optimal.
Tantangannya terletak pada bagaimana kita mengendalikan konsumsi harian. Sebab, ketika asupan berlebihan tak disadari, yang tersisa bukan hanya rasa manis saja, tetapi juga risiko-risiko penyakit yang mengintai secara perlahan.
Sebagai informasi, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah merekomendasikan batasan konsumsi gula harian agar tidak lebih dari 50 gram atau 4 takaran sendok makan. Selain itu, laman National Health Service United Kingdom juga mempunyai tips konsumsi gula dengan tepat lho.
Tips Konsumsi Gula Secara Tepat
1. Ketahui Batas Aman Konsumsi Gula
Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan RI, batas konsumsi gula tambahan harian maksimal 50 gram per hari (sekitar 4 sendok makan), sedangkan untuk anak-anak direkomendasikan sekitar 25 gram per harinya.
Sementara, dalam laman WHO pun menyarankan asupan agar kurang dari 10% total energi, atau idealnya di bawah 5% untuk manfaat kesehatan tambahan. Sayangnya, banyak dari kita yang tanpa sadar telah melampaui batas ini hanya dari makanan dan minuman sehari-sehari.
Angka-angka ini mungkin terlihat kecil, tetapi dalam praktiknya sangat mudah terlampaui, terutama dengan maraknya gaya hidup urban yang lekat dengan makanan instan dan minuman siap saji. Oleh sebab itu, memahami batas aman bukan soal menghitung takaran, tetapi juga membangun kebiasaan.
2. Pilih Gula Alami, Jangan Gula Tambahan
Sebagai langkah bijak menjaga pola makan sehat, salah satu cara yang direkomendasikan adalah mengalihkan konsumsi gula ke sumber yang lebih alami, seperti madu, kurma atau buah-buahan segar. Pilihan ini tidak hanya soal rasa manis, tapi juga membawa manfaat gizi yang lebih.
Misalnya madu, selain sebagai pemanis alami, madu mengandung antioksidan, enzim dan senyawa antibakteri yang mendukung daya tahan tubuh. Begitu pula kurma yang sarat akan serat, zat besi dan magnesium, cocok dijadikan camilan sehat tanpa harus merasa bersalah.
Buah segar pun tak kalah menarik. Kandungan fruktosa dalam buah memang termasuk jenis gula, tetapi hadir dalam kombinasi alami bersama serat, vitamin C dan antioksidan. Serat dalam buah membantu memperlambat penyerapan gula ke dalam darah, sehingga lebih aman bagi kadar gula.
3. Gunakan Gula Sebagai Pelengkap
Mengubah kebiasaan mengonsumsi gula bukanlah perkara mudah, apalagi jika Anda terbiasa menikmati kopi atau teh manis setiap hari. Namun, bukan berarti tidka bisa dilakukan. Kurangi pemakaian gula secara bertahap, misalnya mulai mengurangi 1 sendok teh gula setiap minggu.
Selain itu, agar transisi ini tetap menyenangkan, Anda bisa menggantikan gula dengan aroma dan rasa dari bahan-bahan alami. Pun, bisa tambahkan kayu manis, jahe, vanila alami atau bahkan sedikit perasan jeruk nipis ke dalam minuman atau makanan.
Dengan membiasakan diri menikmati rasa dari bahan alami, Anda akan belajar menemukan kelezatan yang tak melulu bergantung pada rasa manis. Semakin sedikit gula yang dikonsumsi, semakin sensitif ia terhadap rasa manis alami dari makanan.
4. Kombinasikan dengan Pola Hidup Sehat
Konsumsi gula dalam jumlah sedang memang masih tergolong aman. Namun, bahaya bisa tetap mengintai jika asupan gula tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup. Gula yang masuk ke tubuh dan tidak dibakar menjadi energi, akan disimpan dalam bentuk lemak.
Seiring waktu, akumulasi lemak ini bisa menyebabkan kegemukan atau obesitas, kondisi yang menjadi pintu masuk sebagai penyakit serius. Pun, salah satu risiko terbesar dari kebiasaan pasif itu adalah resistensi insulin, yaitu kondisi ketika tubuh tidak lagi merespons insulin secara efektif.
Dilansir dari berbagai sumber, pola makan tinggi gula yang tidak dibarengi dengan gaya hidup aktif menjadi salah satu pemicu lonjakan angka pendeirta diabetes di Indonesia. Untuk mencegahnya, perlu aktivitas fisik yang menjadi kunci utama.
5. Waspada Klaim “Sugar Free”
Di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pola makan sehat, berbagai produk makanan dan minuman berlomba-lomba mengusung label bebas gula, sugar free atau tanpa tambahan gula. Sekilas, klaim ini terdengar meyakinkan dan menenangkan hati para pembeli.
Namun, tak semua produk bebas gula benar-benar sehat dan inilah jebakan yang sering kali tak disadari konsumen. Produk bebas gula menggantikan gula alami dengan pemanis buatan seperti aspartam, sukralosa atau sakarin.
BACA JUGA: Beragam Reaksi Pakar Soal Israel-Iran dan Campur Tangan AS
Beberapa studi juga menunjukkan, bahwa konsumsi berlebihan pemanis buatan bahkan dapat mengacaukan persepsi rasa manis alami dan justru meningkatkan keinginan untuk mengonsumsi makanan manis lainnya. Untuk itu, selalu cek komposisi dan memahami seluruh istilah dalam produk sebelum benar-benar dikonsumsi.
Kesimpulan
Gula merupakan bagian penting dari asupan harian sebagai sumber energi, namun konsumsinya harus dibatasi secara bijak. Meski sulit dihindari sepenuhnya, konsumsi berlebih bisa memicu masalah kesehatan serius seperti obesitas dan diabetes tipe 2.
Karena itu, penting untuk memahami batas konsumsi aman, memilih sumber gula alami, mengurangi secara bertahap, serta mengimbanginya dengan pola hidup aktif dan cermat dalam memilih produk makanan. Bijak dalam mengonsumsi gula bukan berarti menghilangkannya, tetapi menyesuaikannya dengan kebutuhan tubuh secara sehat dan seimbang.