NarayaPost

Bersama Kebenaran, Ada Cahaya

Home » Blog » Indonesia dan Malaysia Sepakat Kelola Blok Ambalat Bersama, Potensi Migas 30 Tahun ke Depan

Indonesia dan Malaysia Sepakat Kelola Blok Ambalat Bersama, Potensi Migas 30 Tahun ke Depan

Penandatanganan Kesepakatan pengembangan Blok Ambalat di perbatasan Indonesia-Malaysia dengan potensi migas

NarayaPost – Kerja Sama RI-Malaysia di Blok Ambalat: Energi Baru dari Laut Sulawesi. Kesepakatan monumental antara Indonesia dan Malaysia dalam pengelolaan bersama Blok Ambalat di Laut Sulawesi menjadi sinyal positif kerja sama energi kawasan. Setelah lebih dari lima dekade diwarnai sengketa perbatasan, kedua negara akhirnya memilih jalan damai dengan memprioritaskan kerja sama ekonomi melalui skema joint development.

Kesepakatan ini diumumkan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto usai melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Malaysia, Dato’ Seri Anwar Ibrahim. Dalam pernyataan bersama, kedua pemimpin menyepakati langkah konkret guna menghindari stagnasi negosiasi hukum yang tak kunjung selesai, dengan langsung membentuk kerangka kerja sama eksplorasi migas di wilayah yang disengketakan.

BACA JUGA : PM Malaysia Anwar Ibrahim Disambut Prabowo di Bandara Halim, Bahas Penguatan Hubungan RI-Malaysia

Potensi Migas Ambalat: Aset Strategis Kawasan

Blok Ambalat bukan sembarang wilayah. Terletak di perairan strategis Laut Sulawesi atau Selat Makassar, area ini mencakup luas sekitar 15.235 kilometer persegi dan berdekatan langsung dengan perbatasan Sabah (Malaysia) dan Kalimantan Utara (Indonesia).

Berdasarkan data dari sumber-sumber energi global dan SKK Migas, kawasan ini memiliki setidaknya sembilan titik potensi migas. Salah satu titik diketahui mengandung 764 juta barel minyak dan 1,4 triliun kaki kubik gas alam. Kandungan ini cukup untuk menopang produksi energi selama 25 hingga 30 tahun ke depan.

Dengan cadangan sebesar itu, tidak mengherankan jika wilayah ini pernah menjadi objek persaingan antara Pertamina dan Petronas. Bahkan, pada 2005 lalu sempat terjadi insiden laut antara kapal angkatan laut Indonesia dan Malaysia yang sama-sama mengklaim wilayah ini.

Solusi Joint Development: Jalan Tengah yang Menguntungkan

Presiden Prabowo menyatakan bahwa pendekatan baru ini merupakan simbol dari diplomasi energi produktif di antara dua bangsa serumpun. “Kita ingin memulai kerja sama ekonomi meskipun persoalan batas wilayah masih dalam proses penyelesaian,” ujar Prabowo dalam pernyataan resminya.

Sementara itu, PM Anwar Ibrahim menekankan pentingnya pragmatisme dalam kebijakan maritim dan investasi lintas batas. “Kalau secara hukum masih buntu, maka tidak ada halangan untuk mulai joint development. Rakyat kita butuh hasil nyata, bukan hanya perundingan panjang,” ujar Anwar.

Joint development memungkinkan kedua negara mengelola hasil eksplorasi migas secara proporsional sambil tetap melakukan perundingan hukum mengenai batas wilayah. Langkah ini telah diterapkan di beberapa kawasan sengketa dunia seperti Laut Cina Selatan, bahkan di kawasan Laut Utara oleh Inggris dan Norwegia.

Investasi, Infrastruktur, dan Multiplier Effect

Kerja sama Blok Ambalat diprediksi akan membawa gelombang baru investasi energi di kawasan perbatasan Kalimantan Timur dan Sabah. Pembangunan infrastruktur seperti terminal LNG, jalur pipa bawah laut, dan pelabuhan energi menjadi peluang besar bagi sektor konstruksi dan logistik.

Bukan hanya dampak ekonomi makro yang dikejar, kerja sama ini juga membuka lapangan kerja baru di sektor teknis, perkapalan, migas, dan teknologi. Selain itu, kawasan perbatasan yang sebelumnya menjadi zona rawan sengketa dapat bertransformasi menjadi koridor perdamaian dan pertumbuhan ekonomi bersama.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Meski langkah joint development adalah terobosan diplomasi, masih terdapat sejumlah tantangan yang perlu diperhatikan. Antara lain:

  • Pembentukan otoritas pengelola bersama (Joint Development Authority) yang transparan dan akuntabel.
  • Pembagian hasil eksplorasi secara adil.
  • Penanganan potensi kerusakan lingkungan dari aktivitas pengeboran.

Pakar hukum laut internasional dari Universitas Indonesia, Prof. Hikmahanto Juwana, menilai bahwa skema ini merupakan strategi win-win solution, asal disertai perjanjian yang jelas secara hukum internasional. “Perjanjian perlu mengacu pada UNCLOS dan memastikan tidak ada klaim sepihak saat eksplorasi berjalan,” ungkapnya.

BACA JUGA : 6 Persiapan Matang yang Harus Dilakukan Sebelum Naik Gunung

Kesimpulan: Model Baru Diplomasi Energi

Keputusan Indonesia dan Malaysia untuk mengelola Blok Ambalat secara bersama merupakan preseden penting dalam penyelesaian sengketa maritim di Asia Tenggara. Dengan cadangan migas yang menjanjikan, kawasan ini berpotensi menjadi sumber energi utama bagi kedua negara selama tiga dekade ke depan.

Lebih dari sekadar ekonomi, kesepakatan ini menunjukkan bahwa kerja sama strategis lebih menguntungkan daripada konflik berkepanjangan. Ketika energi dan diplomasi bertemu di titik optimal, masa depan kawasan bisa lebih cerah dan stabil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *