Perang di Gaza Akan Berakhir, Puluhan Negara Kecam Aksi

NarayaPost – Gelombang kecaman terhadap kekerasan yang terus berlangsung akibat perang di Gaza kian meluas. Sebanyak 28 negara, termasuk Australia, Inggris, dan Prancis, menyerukan dengan tegas diakhirinya perang yang telah merenggut puluhan ribu nyawa warga sipil, terutama perempuan dan anak-anak.
Dalam pernyataan bersama yang dirilis pekan ini, para menteri luar negeri negara-negara tersebut menyuarakan kekhawatiran mendalam terhadap memburuknya krisis kemanusiaan dan menyebutkan secara gamblang bahwa tindakan Israel dalam membatasi bantuan serta melakukan serangan di sekitar titik distribusi bantuan sebagai “tidak manusiawi”.
Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya jumlah korban jiwa di wilayah Gaza, khususnya di area distribusi bantuan yang dikelola oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah entitas yang semula mendapat dukungan dari Amerika Serikat dan Israel untuk menggantikan peran jaringan bantuan yang sebelumnya dipimpin oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
BACA JUGA: Begini Cara Cek Bansos PKH dan BPNT 2025 secara Online
Lokasi Penyelamatan Nyawa Jadi Titik Panas Serangan
Ironisnya, lokasi yang seharusnya menjadi pusat penyelamatan nyawa justru berubah menjadi titik panas serangan dan kekacauan. Berdasarkan laporan Human Rights Watch dan data dari Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), ratusan warga sipil tewas dalam beberapa pekan terakhir di sekitar pusat distribusi bantuan ini.
“Kami, para penandatangan yang tercantum di bawah ini, bersatu dengan pesan yang sederhana dan mendesak: perang di Gaza harus diakhiri sekarang,” tegas para menteri luar negeri dalam pernyataan yang dirilis secara kolektif. Mereka juga mengutuk sistem penyaluran bantuan yang disebut “bertahap dan terbatas”, karena dinilai tidak sebanding dengan urgensi krisis yang terjadi.
Di tengah kelaparan yang kian meluas, terutama di wilayah utara Gaza, keterlambatan distribusi bantuan berpotensi memperparah bencana kemanusiaan. Lebih jauh, seruan ini bukan hanya ditujukan kepada Israel, tetapi juga kepada komunitas internasional untuk segera mengambil langkah nyata.
Berbagai Organisasi Turut Prihatin tentang Perang di Gaza
Organisasi internasional seperti Amnesty International dan Médecins Sans Frontières (MSF) juga menyatakan keprihatinan serupa, menekankan bahwa akses kemanusiaan tidak boleh dijadikan alat tawar-menawar dalam konflik bersenjata.
Kini, tekanan global semakin memuncak. Dunia menanti komitmen nyata dari para pemimpin dunia untuk menghentikan penderitaan di Gaza dan membuka jalur kemanusiaan yang aman, cepat, dan berkelanjutan. Sebab dalam konflik ini, waktu benar-benar setara dengan nyawa.
Harapan Baru di Tengah Derita Perang di Gaza
Ketika 28 negara berdiri bersama menyuarakan penghentian kekerasan dan penyaluran bantuan tanpa hambatan, dunia melihat secercah harapan bahwa penderitaan warga Gaza tidak akan terus dibiarkan menjadi angka-angka dingin dalam laporan konflik.
BACA JUGA: Satpol PP Depok Tertibkan 79 Bangunan dan PKL Liar di Jalan Juanda, Ini Faktanya
Dukungan kolektif ini menjadi sinyal bahwa masih ada kesadaran moral di tengah kompleksitas geopolitik, bahwa nyawa manusia tak boleh menjadi korban abadi dalam tarik ulur kepentingan politik. Aksi bersama ini juga memperlihatkan bahwa solidaritas lintas negara bisa menjadi kekuatan penyeimbang.
Namun, perang di Gaza telah melampaui batas kemanusiaan, dengan korban jiwa yang terus bertambah dan jalur bantuan yang tersendat di tengah blokade dan kekerasan. Rumah sakit kehabisan obat, warga sipil terjebak tanpa akses air bersih, dan anak-anak tumbuh dalam ketakutan.
Dalam situasi seperti ini, desakan internasional seharusnya tidak lagi ditanggapi dengan penundaan atau retorika politik yang hampa. Setiap hari yang dilalui tanpa tindakan konkret berarti memperpanjang penderitaan dan menambah daftar panjang pelanggaran hak asasi manusia.