PBB Ungkap Ada Warga Gaza yang Tak Makan Beberapa Hari!

NarayaPost – Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza kian mengkhawatirkan. Badan Pangan Dunia (WFP) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB melaporkan bahwa hampir sepertiga penduduk Gaza kini hidup tanpa makanan selama berhari-hari, dalam kondisi yang digambarkan sebagai kelaparan massal.
Sejak konflik berkecamuk pada Oktober 2023, penderitaan warga Palestina terus memburuk tanpa jeda. “Hampir satu dari tiga orang tidak makan selama berhari-hari. Malnutrisi meningkat dengan 90.000 perempuan dan anak-anak sangat membutuhkan perawatan,” tulis WFP dalam pernyataan resminya pada Jumat (25/7/2025).
Laporan itu juga mengungkap bahwa sekitar 470.000 orang di Gaza diperkirakan akan menghadapi “bencana kelaparan” kategori paling parah dalam klasifikasi ketahanan pangan oleh PBB selama periode Mei hingga September 2025.
BACA JUGA: Ketua KPK Tanggapi Vonis yang Diterima Hasto Separuh Tuntutan
Badan Pangan PBB Gambarkan Kondisi Gaza
Dilansir dari AFP, Sabtu (26/7/2025), WFP menggambarkan kondisi Gaza telah mencapai “tingkat keputusasaan yang baru dan mencengangkan.” Dengan harga pangan yang melambung dan blokade ketat yang membatasi akses bantuan, satu-satunya harapan bagi warga hanyalah bantuan pangan internasional.
“Bantuan pangan adalah satu-satunya cara bagi masyarakat untuk mengakses makanan karena harga pangan sedang melambung tinggi,” lanjut WFP. “Banyak orang sekarat karena kurangnya bantuan kemanusiaan.”
Kelompok-kelompok kemanusiaan turut memperingatkan lonjakan kasus kekurangan gizi pada anak-anak, terutama sejak Israel memperketat blokade pada Maret lalu dalam eskalasi perangnya melawan Hamas. Meskipun demikian, Israel membantah bahwa pihaknya menjadi biang kelaparan.
Israel Tuduh Hamas sebagai Aktor Utama
Sebaliknya, Tel Aviv menuding Hamas sebagai aktor utama di balik krisis yang terjadi. “Tidak ada kelaparan yang disebabkan oleh Israel. Ada kekurangan (pasokan) buatan manusia yang diatur oleh Hamas,” kata juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, membantah tudingan tersebut.
Namun, tekanan global terus meningkat. Sebanyak 111 organisasi kemanusiaan dan HAM dalam pernyataan bersama pada Rabu (23/7) menegaskan bahwa “kelaparan massal” kini benar-benar meluas di berbagai wilayah Jalur Gaza. Bahkan Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, ikut bersuara.
“Sebagian besar penduduk Gaza mengalami kelaparan,” ujarnya, sembari menambahkan bahwa krisis pangan yang terjadi adalah “buatan manusia” meski tak menyebut secara langsung siapa yang harus bertanggung jawab. Kini, Gaza menjadi simbol krisis kemanusiaan global yang belum menemukan jalan keluar.
BACA JUGA: Pandemi Bikin Otak Menyusut Meski Tak Terkena Dampaknya
Penutup: PBB Soroti Krisis Pangan Gaza sebagai Bencana Kemanusiaan
Laporan terbaru dari Badan Pangan Dunia (WFP) di bawah naungan PBB menjadi alarm keras bagi dunia internasional: kelaparan di Gaza bukan lagi sekadar ancaman, tapi kenyataan yang menelan korban setiap hari. Dengan hampir sepertiga penduduk Gaza tidak makan selama berhari-hari, dan 470.000 jiwa terancam bencana kelaparan, situasi ini mencerminkan runtuhnya sistem kemanusiaan di tengah konflik yang belum usai.
PBB melalui World Food Programme (WFP) menegaskan bahwa bantuan pangan merupakan satu-satunya jalan keluar bagi jutaan warga Gaza yang terjebak dalam krisis kelaparan dan kemiskinan ekstrem. Namun, saling tuding antara Israel dan Hamas terus menghambat distribusi bantuan kemanusiaan secara merata dan aman.
Laporan WFP terbaru mencatat bahwa lebih dari 500.000 warga Gaza menghadapi kondisi kelaparan akut (WFP, 2024). Di tengah kekacauan ini, dunia ditantang untuk tidak lagi menjadi penonton pasif. Gaza bukan sekadar zona konflik, tetapi simbol kegagalan moral global. Dibutuhkan tindakan konkret dan tekanan internasional untuk membuka akses kemanusiaan yang adil dan berkelanjutan.