Puan Maharani Beri Respon Santai Soal Mantan Kader PDIP Gabung ke PSI

NarayaPost – Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani, menanggapi santai kabar bergabungnya tiga mantan kader partainya ke PSI. Ia menyampaikan bahwa tak ada masalah bila kader merasa tidak lagi ingin berada di dalam PDIP.
“Kalau kemudian seseorang, atau 3 orang atau berapa orang kemudian sudah tidak berkeinginan untuk ada di dalam PDI Perjuangan, monggo saja,” ujarnya saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (11/8/2025).
Ketiga eks kader tersebut adalah Ginda Ferachtriawan, Dyah Retno Pratiwi, dan Wawanto, yang sebelumnya aktif sebagai anggota DPRD Solo dari fraksi PDIP. Keberangkatan mereka ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI) telah dikonfirmasi oleh Ketua DPW PSI Jawa Tengah, Antonius Yogo Prabowo.
BACA JUGA: Fenomena Pengangguran di China, Rela Bayar Kantor Agar Terlihat ‘Kerja’
Gabung PSI Ikuti Jejak Kader Lain
Ia menyampaikan bahwa Ginda sudah bergabung sejak sebelum kongres PSI, sementara Dyah dan Wawanto mengikuti jejaknya pada Jumat pekan lalu dan kini telah menerima KTA PSI.
Puan tampaknya memilih meredam suasana tanpa membumbui suasana politik dengan konflik. Pendekatan ini mencerminkan karakter PDIP yang tidak mempertahankan kader dengan kepaksaan, melainkan membiarkan kebebasan memilih berjalan secara terbuka.
Sikap ini juga mencerminkan dinamika politik yang semakin terbuka, di mana para politisi bisa berpindah aliran untuk mencari wadah yang lebih sesuai dengan visi dan misi mereka.
Langkah Politik Mantan Kader Ubah Dinamika Partai
Langkah politik ketiga mantan kader PDIP untuk bergabung ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menjadi salah satu potret nyata dinamika perpolitikan menjelang Pemilu 2029. Perpindahan ini menegaskan bahwa persaingan antar partai politik tidak hanya berlangsung di ranah gagasan dan program, tetapi juga dalam perebutan figur-figur potensial yang mampu memperkuat posisi partai di mata publik.
Sikap tenang Puan Maharani mencerminkan kedewasaan politik dan rasa percaya diri terhadap kekuatan internal partai. PDIP tampaknya menyadari bahwa mempertahankan kader dengan paksaan bukanlah strategi berkelanjutan, apalagi di tengah iklim politik yang semakin cair.
Sementara, PSI memanfaatkan momentum ini untuk memperkaya komposisi kadernya dengan figur-figur berpengalaman. Sebagai partai yang mengusung citra muda dan progresif, masuknya mantan kader PDIP memberi keuntungan ganda, termasuk memperkuat jaringan sekaligus meningkatkan legitimasi di mata publik
Puan Maharani Tunjukkan Kedewasaan Politik
Pernyataan Puan Maharani yang menanggapi santai keluarnya tiga mantan kader PDIP ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mencerminkan sikap dewasa dalam berpolitik. Ia menegaskan bahwa setiap kader memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan politiknya tanpa adanya tekanan atau paksaan.
Pendekatan ini menunjukkan bahwa PDIP tetap memegang prinsip keterbukaan dan menghormati hak individu untuk berpindah ke partai lain jika merasa lebih sesuai dengan visi dan misinya.
BACA JUGA: Pemerintah Segera Rancang Aturan Baru Awasi Praktik Pinjol Ilegal
Keputusan Ginda Ferachtriawan, Dyah Retno Pratiwi, dan Wawanto untuk bergabung ke PSI menambah dinamika politik menjelang Pemilu 2029. Perpindahan ini tidak hanya menunjukkan fleksibilitas politik, tetapi juga memperlihatkan bahwa persaingan antarpartai semakin ketat dalam memperebutkan figur dan basis massa.
Masuknya tiga mantan kader PDIP menjadi peluang strategis untuk memperkuat citra dan kapasitas politiknya. Dengan karakter partai muda yang progresif, kehadiran politisi berpengalaman dapat menjadi modal penting dalam memperluas pengaruh dan meningkatkan daya saing di kancah nasional.
Peristiwa ini menegaskan bahwa peta politik Indonesia terus bergerak dinamis, dengan setiap partai berupaya memanfaatkan momentum demi memperkuat posisinya menjelang kontestasi elektoral.