Balita Cacingan Sukabumi Tuai Sorotan dari Kalangan Publik

NarayaPost – Kasus meninggalnya seorang balita cacingan Sukabumi ditemukan dengan cacing seberat sekitar 1 kilogram di tubuhnya. Peristiwa itu mengundang perhatian luas dari kalangan publik serta jadi alarm peringatan keras bagi masyarakat.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menegaskan bahwa pemerintah sebenarnya sudah menjalankan program pemberian obat cacing gratis atau deworming massal sejak tahun 1975, yang dibarengi dengan kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Meski demikian, peristiwa di Sukabumi menunjukkan bahwa program tersebut belum sepenuhnya menyasar keluarga yang paling membutuhkan. “Kasus Sukabumi ini menegaskan perlunya program tersebut dijalankan lebih aktif, tepat sasaran, dan menyentuh keluarga yang paling membutuhkan,” ujar Pratikno dalam keterangan tertulis, Jumat (22/8/2025).
BACA JUGA: Terjaring OTT, Segini Kekayaan Wamenaker Immanuel Ebenezer
Kasus Balita Cacingan Sukabumi Jadi Alarm
Ia menambahkan, “Pemerintah berkomitmen memperkuat pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang. Setiap anak Indonesia berhak atas masa depan yang sehat, aman, dan terlindungi.”
Pratikno menilai kasus ini sebagai alarm nasional yang memerlukan langkah cepat lintas sektor. “Pemerintah aware, tanggap, dan segera bertindak. Kasus ini adalah pengingat bagi kita semua bahwa masalah gizi buruk dan penyakit yang bisa dicegah tidak boleh dibiarkan berlarut. Dengan memperkuat Posyandu, memperkuat data kesehatan, serta memperkuat pendampingan keluarga rentan, kami berkomitmen memastikan setiap anak Indonesia tumbuh sehat dan terlindungi,” tuturnya sambil menyampaikan belasungkawa.
Pada Kamis malam (21/8), Pratikno telah berkoordinasi dengan Gubernur Jawa Barat serta dinas terkait, dan menggelar rapat daring bersama pejabat Kemenko PMK. Rapat lanjutan digelar Jumat (22/8) dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, serta Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga untuk mempercepat langkah perbaikan kesehatan anak.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI, dr Ina Agustina Isturini, MKM, menyebut tren kecacingan di Indonesia relatif menurun berkat program eliminasi dan pemberian obat rutin dua kali setahun, terutama di daerah endemis.
Meski demikian, wilayah Indonesia timur masih melaporkan kasus tinggi, sementara di Jawa cenderung rendah. Menurutnya, program eliminasi di Jabar sudah berjalan, namun faktor utama adalah perilaku masyarakat.
Perlu Proses untuk Sembuhkan Cacingan
“Jadi, orang-orang yang cacingan ketika diobati, tidak bisa langsung sepenuhnya sembuh bila perilaku hidup bersih dan sehatnya tidak diperbaiki. Dia tentu bisa kena lagi, meskipun sudah minum obat, karena kemudian misalnya masih main tanah, akan kembali cacingan,” ujar dr Ina di Gedung Sujudi Kemenkes RI, beberapa waktu lalu. Ia menekankan, “Perlu dicatat obat itu bukan seperti vaksin. Tidak membuat seseorang ‘kebal’ dari infeksi.”
Kasus balita di Jawa Barat disebut terkait infeksi ascaris atau cacing tanah. Karena itu, dr Ina mengimbau orangtua untuk mengawasi anak ketika bermain di tanah, selalu menggunakan alas kaki, serta menjaga kebersihan diri.
Ia juga mengingatkan agar orangtua waspada bila berat badan anak menurun tanpa sebab jelas atau mengalami anemia. “Yang pertama, kalau ada anak yang BB-nya nggak naik-naik, ada anemia, tentu berisiko, itu adalah gejala awal, memang dia harus diperiksa apalagi kalau daerah tersebut angka cacing-nya cukup tinggi,” jelasnya.
BACA JUGA: Anggaran Guru-Dosen Naik, MBG Turun dalam RAPBN 2026
Risiko kecacingan lebih besar di daerah dengan sanitasi buruk, kebiasaan buang air besar sembarangan, serta konsumsi makanan tanpa cuci tangan atau sayuran yang tidak dicuci dengan air bersih. “Jadi intinya pencegahan, memperhatikan kebersihan, karena walaupun diobati, kalau tetap tidak PHBS, infeksi akan muncul kembali,” pungkasnya.
Peringatan Penting Imbas Balita Cacingan Sukabumi
Kasus meninggalnya balita di Sukabumi akibat infeksi cacing menegaskan bahwa masalah kesehatan dasar masih menjadi tantangan serius. Pemerintah menekankan pentingnya memperkuat program deworming, PHBS, serta pendampingan keluarga rentan agar kejadian serupa tidak terulang.
Seperti disampaikan Menko PMK Pratikno, setiap anak Indonesia berhak atas masa depan yang sehat dan terlindungi. Hal senada ditegaskan Kemenkes bahwa obat cacing hanyalah upaya sementara, sedangkan kunci pencegahan terletak pada kebersihan lingkungan dan perilaku hidup sehat masyarakat.