Bibit Siklon 92S Picu Hujan Deras di Jabodetabek Meski Sudah Kemarau

NarayaPost- Bibit siklon 92S picu hujan deras di Jabodetabek meski sudah masuk musim kemarau. BMKG ungkap penyebab cuaca ekstrem dan dampaknya di laut.
Jabodetabek kembali diguyur hujan deras di awal Mei 2025, padahal Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengumumkan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia mulai memasuki musim kemarau. Fenomena ini pun memunculkan tanda tanya di masyarakat: mengapa hujan masih deras meski sudah musim kemarau?
BMKG menjelaskan bahwa kondisi ini terjadi akibat dinamika atmosfer yang dipengaruhi oleh sistem bibit siklon 92S. Sistem ini mulai terpantau sejak 2 Mei 2025 di wilayah perairan selatan Jawa Tengah, tepatnya di Samudra Hindia. Meski belum berkembang menjadi siklon tropis penuh, kehadiran bibit siklon ini telah cukup kuat untuk memicu peningkatan curah hujan, angin kencang, dan gelombang laut tinggi di sejumlah wilayah.
Bibit siklon 92S menimbulkan efek tidak langsung berupa angin dengan kecepatan lebih dari 25 knot dan ketinggian gelombang laut yang meningkat antara 1,25 hingga 2,5 meter. Dampaknya dirasakan secara luas, terutama di wilayah selatan Pulau Jawa hingga Bali. Di sisi lain, sistem ini juga menyebabkan cuaca ekstrem di daratan, termasuk Jabodetabek, yang dilanda hujan intens pada sore hingga malam hari.
Menurut Andri Ramdhani, Direktur Meteorologi Publik BMKG, hujan yang terjadi pada awal Mei ini merupakan bagian dari masa transisi atau peralihan musim hujan ke musim kemarau. Artinya, meskipun kalender musim menunjukkan bahwa wilayah Indonesia telah bergeser ke musim kemarau, secara atmosferik, belum semua wilayah sepenuhnya stabil. Hal ini membuat munculnya hujan deras di beberapa daerah menjadi hal yang wajar, apalagi dengan kehadiran faktor pemicu seperti bibit siklon 92S.
BMKG juga mencatat bahwa sistem tekanan rendah dari bibit siklon ini masih bertahan meski pusat siklonnya sudah melemah sejak 4 Mei 2025. Pola tekanan rendah tersebut masih cukup untuk memicu pertumbuhan awan konvektif yang membawa potensi hujan deras, kilat, dan angin kencang di wilayah sekitarnya. Oleh karena itu, masyarakat tetap diminta waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, atau pohon tumbang, terutama di daerah padat penduduk dan rawan genangan.
Selain hujan dan angin kencang, bibit siklon 92S juga berdampak signifikan pada sektor kelautan. BMKG mengimbau nelayan tradisional, kapal penyeberangan, serta operator pelayaran komersial untuk memerhatikan informasi gelombang laut harian. Gelombang tinggi berbahaya diperkirakan masih akan terjadi beberapa hari ke depan di perairan selatan Jawa hingga Nusa Tenggara.
Fenomena ini menunjukkan pentingnya pemantauan cuaca secara berkala dan pemahaman masyarakat terhadap dinamika atmosfer yang semakin kompleks. Perubahan iklim global membuat transisi antar musim tidak lagi dapat diprediksi secara sederhana. Bibit siklon tropis seperti 92S bisa muncul sewaktu-waktu dan memberikan dampak besar, bahkan sebelum berkembang menjadi badai siklon besar.
Untuk itu, BMKG terus mengintensifkan penyebaran informasi melalui berbagai kanal, termasuk media sosial dan aplikasi InfoBMKG. Masyarakat diimbau untuk selalu mengecek informasi cuaca terkini, terutama saat merencanakan kegiatan luar ruangan atau aktivitas pelayaran.
Kesimpulannya, meski Indonesia telah memasuki musim kemarau, dinamika atmosfer dan kehadiran bibit siklon 92S menjadi faktor utama yang memicu hujan deras dan cuaca ekstrem di sejumlah wilayah. Waspada dan kesiapsiagaan tetap menjadi kunci untuk menghadapi gejala-gejala cuaca yang makin dinamis di era perubahan iklim saat ini.