Cara Mencuci Beras yang Benar di Tengah Banyak Beras Oplosan

NarayaPost – Keresahan masyarakat terus merebak akibat maraknya beras oplosan di pasaran, banyak ibu rumah tangga mulai mempertanyakan kembali, se-aman apa bahan makanan pokok setiap hari dimakan oleh orang-orang di rumah. Untuk meminimalisir kemungkinan tersebut, bisa dimulai dari hal-hal kecil, termasuk cara mencuci beras yang benar.
Dalam beberapa hari yang lalu, muncul informasi beras yang dicampur dengan beras kualitas rendah, bahkan ada pula yang diberi pemutih atau pengawet berbahaya demi tampil menarik di mata pembeli.
Manfaat Mencuci Beras
Bagi sebagian orang, mencuci beras hanyalah rutinitas dapur biasa. Tapi faktanya, langkah ini menyimpan manfaat besar yang selama ini mungkin tak disadari. Menurut laporan dari Livestrong (24 Januari 2023), mencuci beras bukan sekadar soal kebersihan, melainkan juga upaya menjaga kesehatan.
BACA JUGA: Boeing 777 Akan Diborong Indonesia, Ini Spesifikasinya!
Dalam sebuah studi yang dimuat di International Journal of Environmental Research and Public Health (2020), ditemukan bahwa beras mengandung logam berat seperti arsenik, timbal, dan kadmium—zat beracun yang dapat merusak fungsi tubuh jika masuk dalam jangka panjang.
Hal ini terjadi karena sawah tempat padi tumbuh bisa saja terpapar air tanah yang tercemar. Itulah mengapa ahli gizi seperti Kimberly Gomer menyarankan untuk selalu mencuci beras demi mengurangi risiko paparan logam berat tersebut.
Tak hanya itu, beras yang disimpan terlalu lama di gudang atau rak toko juga bisa terkontaminasi debu, bahan kimia, atau bahkan kutu beras. University of Maryland Extension mencatat bahwa jenis serangga ini sangat umum menyerang biji-bijian, termasuk beras. Maka dari itu, mencuci beras bisa membantu menyingkirkan segala kotoran yang tak kasat mata sebuah langkah kecil dengan dampak besar bagi kesehatan keluarga.
Selain manfaat kesehatan, teknik mencuci beras yang tepat juga ternyata bisa memengaruhi rasa dan tekstur nasi. Chef selebriti Kai Chase menjelaskan bahwa mencuci beras mampu mengurangi kandungan pati yang berlebihan, sehingga nasi yang dimasak menjadi lebih pulen, tidak menggumpal, dan terasa lebih nikmat saat disantap. Ini bukan hanya soal kebersihan, tapi juga soal kelezatan yang dihasilkan dari proses sederhana tersebut.
Cara Kenali Beras Oplosan
Masyarakat mulai waswas dengan maraknya peredaran beras oplosan—campuran beras dari berbagai kualitas, bahkan kadang diberi sentuhan bahan kimia berbahaya. Bagi banyak orang, semua beras terlihat sama. Tapi jika jeli, ada banyak tanda yang bisa dikenali agar kita tak tertipu oleh tampilan luar yang menipu.
Prof. Tajuddin Bantacut, pakar Teknologi Industri Pertanian dari IPB University, menjelaskan bahwa beras oplosan biasanya memiliki butiran yang berbeda-beda warnanya. Tidak seperti beras asli berkualitas baik yang berwarna seragam, beras oplosan kerap memperlihatkan gradasi dari putih bersih hingga kekuningan karena berasal dari berbagai jenis dan kualitas berbeda. Ukurannya pun tak konsisten; kadang panjang, kadang pendek, seolah menyatu tanpa harmoni. Ini adalah tanda bahwa beras tersebut telah dicampur demi mengejar kuantitas, bukan kualitas.
Tak hanya secara visual, beras oplosan juga bisa dikenali dari aroma. Beras asli terutama jenis pandan wangi memiliki bau khas yang lembut bahkan sebelum dimasak. Tapi beras oplosan? Aromanya bisa hambar, terlalu tajam, atau justru mencurigakan, seperti wangi buatan hasil semprotan zat kimia. Dalam beberapa kasus, aroma pandan sengaja ditambahkan untuk menipu konsumen yang hanya mengandalkan penciuman.
Jika diperhatikan lebih dekat, beras asli biasanya memiliki ciri unik: titik putih kecil di tengah butiran, terutama pada varietas pandan wangi. Tapi beras oplosan cenderung terlalu bersih, mengilap berlebihan, atau memiliki bintik-bintik yang tersebar tak merata. Bahkan, ada jenis beras murah yang bentuknya mirip pandan wangi seperti morneng atau cilamaya muncul tetapi secara kualitas jelas berbeda jauh.
Perbedaan lainnya baru terasa saat nasi selesai dimasak. Nasi dari beras oplosan sering kali terlalu lembek, gampang hancur, dan lengket berlebihan. Ini terjadi karena pencampuran varietas yang tak seimbang, atau karena beras lama yang sudah rusak lalu dipoles ulang agar tampak baru. Sementara nasi dari beras asli akan terasa pulen, padat, dan bertekstur stabil.
Hal paling mencurigakan adalah saat kamu mencuci beras. Jika air berubah warna, muncul busa, atau terlihat kilap tak wajar, bisa jadi beras tersebut mengandung bahan tambahan seperti pemutih atau pengawet kimia. Dalam kasus ekstrem, ditemukan beras yang mengandung klorin zat pemutih yang seharusnya tidak digunakan dalam bahan pangan.
Klorin ini membuat beras tampak sangat putih seperti kristal, tapi justru membahayakan jika dikonsumsi terus-menerus. Tak hanya klorin, ada juga pewarna dan pengawet yang ditambahkan agar beras tahan lebih lama tanpa berubah warna atau bau. Semua ini bisa merusak kandungan nutrisi alami, termasuk vitamin dari air tajin yang sangat berguna bagi tubuh.
Ironisnya, beras oplosan juga cenderung cepat rusak. Karena berasal dari stok lama, daya simpannya rendah dan mudah terserang kutu atau menjadi lembap. Idealnya, beras hanya disimpan maksimal enam bulan agar tetap layak konsumsi.
Waspada Bahaya Beras Oplosan
Beras oplosan memang kerap hadir dalam wujud yang tampaknya biasa bersih, putih, dan bahkan wangi. Tapi di balik tampilan itu, ada risiko kesehatan serius yang tak boleh dianggap remeh. Mulai dari zat kimia berbahaya, hilangnya kandungan gizi, hingga ancaman jangka panjang terhadap tubuh, semua bisa bermula dari butir beras yang tak kita kenali asal-usulnya.
Sebagai konsumen, kita punya peran penting: menjadi lebih cermat dan waspada saat membeli beras. Kenali ciri-cirinya, perhatikan warna, bentuk, aroma, dan reaksi saat dicuci. Jangan mudah tergoda oleh penampilan luar yang terlalu sempurna. Karena kadang, tampak bersinar di luar, bisa menyimpan ancaman di dalam.
BACA JUGA: Kapolri Meresmikan 28 SPPG Serentak, Targetkan 96 Ribu Penerima Manfaat
Dua Cara Mencuci Beras
Ada dua cara populer untuk mencuci beras. Pertama, dengan membilasnya di bawah air mengalir sambil mengaduk perlahan menggunakan tangan. Air awalnya akan berwarna putih keruh, tetapi akan berubah jernih setelah beberapa kali dibilas.
Kedua, dengan merendam dan mengaduk beras di dalam mangkuk, lalu membuang airnya secara bertahap hingga bening. Metode ini umum dilakukan di banyak rumah tangga Indonesia. Penting untuk diingat, jangan mengaduk terlalu kuat karena bisa merusak bulir beras cukup gunakan tangan, bukan alat dapur.
Penutup
Di tengah situasi yang mengkhawatirkan akibat beras oplosan, mencuci beras bukan lagi hanya kebiasaan dapur turun-temurun, tapi sudah menjadi keharusan yang mendesak. Sebagai cara untuk meningkatkan cita rasa nasi, manfaat itu bisa kita dapat hanya dengan air bersih dan sedikit waktu. Di era penuh ketidakpastian ini, menjaga kesehatan bisa dimulai dari satu baskom di dapur dan sebutir beras yang dicuci dengan penuh kesadaran.