NarayaPost

Bersama Kebenaran, Ada Cahaya

Home » Blog » Cerita Artita Lolos Kuliah Gratis di UGM, Tak Menyerah Kejar Mimpi

Cerita Artita Lolos Kuliah Gratis di UGM, Tak Menyerah Kejar Mimpi

Cerita Artita

NarayaPost – Cerita Artita (19) bermula di sudut Tompeyan, Tegalrejo, Yogyakarta. Ia hidup bersama ibu yang tangguh bernama Teluning (41). Lima tahun sudah ia menjadi orang tua tunggal sejak kepergian suaminya, dan sejak itu pula ia memikul beban menghidupi keluarga besarnya.

Setiap pagi, Teluning mengemas cireng, jajanan khas dari Sunda yang terbuat dari tepung tapioka digoreng. Ia berjualan menempuh perjalanan pulang-pergi lebih dari 100 kilometer ke Purworejo. Teluning berjualan di depan rumah peninggalan sang suami yang kini jarang ditempati.

Semangat berjualan Teluning tak pernah padam. Meski dengan berjualan hanya mendapatkan penghasilan tak seberapa, sekitar Rp 900 ribu per bulan, namun Teluning tetap menekuni itu demi satu nama yang selalu menjadi tujuan hidupnya, Artita Lindu Rilawati (19).

Baca Juga: Fakta Menarik Pulau Papua, Nggak Cuman Ada Raja Ampat

“Saya ingat pesan suaminya dahulu agar bisa menjaga dan membesarkan Artita sepenuh hati,” urai Teluning dengan mata berkaca-kaca, dilansir dari laman resmi UGM, Rabu, (25/6/2025).

Cerita Artita yang Tumbuh Besar Tanpa Sang Ibu

Artita, anak tunggal Teluning telah menjadi harapan sekaligus penguat sang ibu. Tumbuh besar di bawah asuhan nenek, kakek, dan tantenya, Artita terbiasa mandiri. Sejak ia kecil, Artita jarang keluar rumah, lebih senang belajar dan berkesenian.

Secara tak disangka-sangka, Artita diam-diam mendaftar kuliah ke Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Dan, kabar itu baru ia sampaikan kala pengumuman kelulusan telah keluar.

“Memang sejak kecil, karena cucu satu-satunya Artita ini selalu di rumah. Mandiri juga, tahu-tahu keterima di UGM, saya ini nggak ngeh,” jelas dia.

Setelah tiba masa pengumuman, ia diterima di Program Studi Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, Fisipol UGM, lengkap dengan beasiswa UKT 100% alias gratis. “Saya sangat bersyukur bisa kuliah gratis, ini meringankan beban Ibu,” ujar Artita.

Sosok Pribadi yang Tekun

Gadis lulusan SMAN 2 Yogyakarta ini memang dikenal sebagai pribadi yang tekun. Sejak SMA, ia langganan juara kelas, mencintai sejarah serta memiliki strategi belajar mandiri. Metode belajar Artita pun mengerjakan soal-soal di ruang tamu menggunakan buku dan ponsel.

“Biasanya latihan soal-soal pakai buku sama hp, setiap hari di ruang tamu ini,” ucap dia sembari menunjukkan meja yang telah dipenuhi buku-buku latihan soal dan rumus.

Selain mengukir prestasi bidang akademik, itu bukan menjadi satu-satunya kebanggaan. Sebab, Artita juga aktif di seni tari tradisional, mulai tari Kecak hingga tari Blantek Betawi yang pernah ia bawakan di Museum Benteng Vredeburg.

“Sebelum ini di sekolah-sekolah jadi nuansanya familiar, kalau yang di Vredeburg lebih grogi karena penontonnya dari luar,” kenangnya.

Buah ketertarikannya pada bidang seni mengantarkan Artita membulatkan tekad untuk bergabung di UKM seni kala ia telah berseragam Kampus Biru nanti. Ia mengikuti UKM tari sebagai ruang untuk menyalurkan minat sekaligus mengakomodasi hobinya.

Pesan Artita pada Rekan Seperjuangan

Di tengah segala keterbatasan, kisah Artita dan Teluning menjadi potret keteguhan harapan. Satu tangan sibuk menggenggam wajan panas demi menyambung hidup, tangan lainnya mengejar mimpi lewat buku dan lantai panggung.

Baca Juga: Polemik Raja Ampat, Seberapa Besar Upaya Pemerintah?

Kepada teman-teman seperjuangannya, Artita berpesan, agar jangan pernah menyerah meski terhalang ekonmi. Baginya, siapapun bisa mewujudkan cita-cita bila memiliki tekad dan doa yang kuat. “Jangan ragu dan jangan takut, buat teman-teman karena apapun selama berusaha pasti ada jalannya,” pungkas mahasiswi 19 tahun itu.

Kesimpulan

Teluning, ibu tunggal asal Yogyakarta, berjuang menghidupi keluarganya dengan berjualan cireng meski penghasilan minim. Ia rela bolak-balik Yogyakarta–Purworejo demi masa depan anak semata wayangnya, Artita.

Sebagai seorang anak yang diperjuangkan oleh Teluning, Artita tumbuh mandiri dan berprestasi. Diam-diam ia mendaftar ke UGM dan diterima dengan beasiswa penuh. Cerita Artita ini menjadi bukti bahwa keterbatasan ekonomi tak menghalangi mimpi jika disertai tekad dan semangat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *