Danantara Indonesia Pertimbangkan Investasi dalam Potensi Merger Grab dan GoTo

NarayaPost — Dana kekayaan negara yang baru dibentuk oleh pemerintah Indonesia, Danantara Indonesia, dikabarkan tengah menjajaki peluang untuk mengambil bagian dalam rencana akuisisi GoTo (GOTO.JK) oleh Grab (GRAB.O), perusahaan teknologi yang terdaftar di Amerika Serikat. Informasi ini disampaikan oleh Bloomberg News pada hari Jumat, mengutip sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut.
Danantara dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk memiliki saham minoritas di perusahaan hasil penggabungan jika rencana merger tersebut terlaksana. Upaya ini dipandang sebagai langkah untuk meredakan kekhawatiran pemerintah Indonesia mengenai kemungkinan dominasi Grab, yang merupakan perusahaan asal Singapura, terhadap salah satu perusahaan teknologi terbesar di dalam negeri.
BACA JUGA: Raja Ampat Terancam Tambang, Wamenpar: Tolong Jangan Dirusak
Sebelumnya, pada bulan Mei, otoritas antimonopoli Indonesia telah memulai kajian untuk menilai potensi risiko dari kesepakatan antara dua raksasa teknologi tersebut. Namun, hingga saat ini, baik Grab maupun GoTo belum mengonfirmasi secara resmi adanya pembicaraan mengenai penggabungan.
Menurut laporan Reuters, Grab berupaya menuntaskan kesepakatan pada kuartal kedua tahun ini, dengan perkiraan valuasi GoTo mencapai sekitar 7 miliar dolar AS. Meskipun kedua pihak telah membuat kemajuan dalam menyusun struktur kesepakatan, proses negosiasi belakangan ini mengalami perlambatan akibat kemungkinan munculnya tuntutan dari regulator.
Ketika diminta tanggapan, pihak GoTo dan Grab menolak memberikan komentar. Sementara itu, Danantara Indonesia belum memberikan respons terhadap permintaan konfirmasi.
Danantara Indonesia sendiri diluncurkan pada Februari 2025 dengan mandat untuk berinvestasi di berbagai sektor strategis, mulai dari pengolahan logam hingga kecerdasan buatan. Selain itu, Danantara juga akan mengelola kepemilikan pemerintah di sejumlah perusahaan milik negara, dengan model operasional yang mirip dengan Temasek, lembaga investasi milik Singapura.
Mengutip laman IKPI, Danantara berencana mengalokasikan dana awal sebesar USD 20 miliar untuk 15–20 proyek strategis nasional pada tahun pertama operasionalnya. Proyek tersebut mencakup sektor energi terbarukan, manufaktur canggih, industri hilir, dan ketahanan pangan.
Di samping itu, Danantara juga akan mengelola tujuh BUMN besar, termasuk Bank Mandiri, Pertamina, PLN, dan Telkom Indonesia.
Keberhasilan Danantara sangat bergantung pada implementasi tata kelola yang baik, independensi manajemen, dan transparansi operasional. Jika dikelola dengan profesional dan bebas dari pengaruh politik, Danantara berpotensi menjadi pilar penting dalam transformasi ekonomi Indonesia menuju negara industri yang maju dan berdaya saing global.
Dengan visi yang ambisius dan dukungan dari tokoh internasional, Danantara diharapkan dapat memainkan peran kunci dalam pembangunan ekonomi Indonesia di masa depan.
BACA JUGA: RI-AS Siap Bahas Lagi Tarif Dagang Pekan Depan
Insight NarayaPost
Rencana Danantara Indonesia untuk terlibat dalam potensi akuisisi GoTo oleh Grab menunjukkan peran aktif dana kekayaan negara ini dalam menjaga kepentingan nasional di sektor strategis, khususnya teknologi.
Kepemilikan minoritas di entitas hasil merger dipandang sebagai cara untuk mengimbangi dominasi asing, terutama dari Grab yang berbasis di Singapura. Di tengah kekhawatiran atas kedaulatan ekonomi digital, langkah ini bisa menjadi strategi mitigasi yang cerdas.
Namun, belum adanya konfirmasi resmi dari Grab maupun GoTo, serta intervensi otoritas antimonopoli, menunjukkan bahwa proses ini masih dalam tahap awal dan penuh ketidakpastian.
Di sisi lain, Danantara, yang baru diluncurkan pada 2025, membawa mandat besar untuk mendongkrak investasi di sektor-sektor vital Indonesia. Dengan dana awal USD 20 miliar dan pengelolaan aset BUMN besar, keberhasilan Danantara sangat bergantung pada tata kelola yang bersih dan profesional agar tidak menjadi alat politik, melainkan motor pertumbuhan ekonomi jangka panjang.