Hashim Djojohadikusumo Sebut Sawit RI Dibutuhkan Eropa

NarayaPost – Meskipun banyak tekanan dan regulasi ketat terhadap sejumlah komoditas, minyak kelapa sawit asal Indonesia justru tetap dibutuhkan oleh pasar Eropa. Hal ini ditegaskan oleh Hashim Djojohadikusumo Utusan Khusus Presiden untuk Bidang Energi dan Iklim. Menurutnya, tidak ada sanksi yang dikenakan terhadap komoditas sawit Indonesia karena peran pentingnya dalam industri Eropa.
Menurut Hashim, Uni Eropa tidak menjatuhkan sanksi atau penalti terhadap komoditas kelapa sawit asal Indonesia. Sebaliknya, industri di 27 negara anggota European Union (EU) justru masih sangat bergantung pada komoditas tersebut.
“Pertama, kelapa sawit tidak dikenakan sanksi, tidak dikenakan penalti atau denda atau sebagainya. Melainkan kelapa sawit sangat dibutuhkan oleh industri Eropa,” ujar Hashim dalam pernyataannya beberapa waktu yang lalu.
BACA JUGA: Camilan Sehat Malam Hari untuk Penderita Diabetes
Ketergantungan tersebut, kata Hashim, mencakup berbagai industri yang memproduksi kebutuhan sehari-hari. Mulai dari sampo, sabun, kosmetik, hingga makanan olahan yang dijual di supermarket-supermarket Eropa, semuanya banyak yang masih menggunakan bahan baku dari kelapa sawit.
“Banyak barang-barang itu ingredients-nya, unsur atau bahan bakunya itu dari kelapa sawit,” imbuhnya.
Prabowo Diminta Penuhi Komoditas Sawit
Dalam pertemuan dengan sejumlah pihak di Eropa, Hashim juga mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia saat ini tengah diminta untuk memenuhi sejumlah persyaratan terkait komoditas sawit.
Menariknya, Presiden terpilih Prabowo Subianto disebut telah menyatakan kesediaannya untuk memenuhi permintaan tersebut sebagai bagian dari diplomasi perdagangan dan energi hijau.
“Pemerintah Indonesia diminta beberapa hal, dan Pak Prabowo sudah setuju. Detail-detailnya nanti akan disampaikan oleh Pak Airlangga dan Menteri Perdagangan,” jelas Hashim.
Hal ini menunjukkan bahwa pemerintahan mendatang sudah siap bernegosiasi dan mengambil langkah konkret untuk menjaga keberlangsungan ekspor sawit sebagai salah satu sumber devisa utama negara.
Performa Ekspor Sawit Masih Tangguh
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa ekspor crude palm oil (CPO) Indonesia tetap menunjukkan kontribusi besar terhadap neraca perdagangan nasional.
Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyebut bahwa sepanjang Januari hingga Mei 2025, nilai ekspor CPO Indonesia telah mencapai USD 8,90 miliar dengan volume pengiriman mencapai 8,30 juta ton.
Negara tujuan utama ekspor dalam periode tersebut adalah Pakistan, India, dan China. Secara khusus, nilai ekspor CPO pada Mei 2025 melonjak signifikan menjadi USD 1,85 miliar, meningkat hingga 61,50 persen dibanding bulan sebelumnya.
Jika melihat tren lima tahun terakhir, ekspor sawit mengalami fluktuasi. Tahun 2020 tercatat ekspor senilai USD 17,36 miliar (25,94 juta ton), naik menjadi USD 26,76 miliar pada 2021 (25,62 juta ton), dan menembus angka USD 27,74 miliar pada 2022 (24,99 juta ton).
BACA JUGA: Sound Horeg Resmi Diharamkan oleh MUI Jawa Timur
Meski terus alami lonjakan, nilai ekspor turun di tahun 2023 menjadi USD 22,69 miliar (26,13 juta ton), dan kembali turun pada 2024 menjadi USD 20,05 miliar (21,64 juta ton).
Penutup: Peluang Besar di Tengah Tantangan Global
Pernyataan Hashim Djojohadikusumo menegaskan bahwa Kepala Sawit milik Republik Indonesia masih menjadi komoditas strategis yang tak tergantikan bagi pasar global, khususnya di Uni Eropa.
Meskipun tantangan regulasi dan isu lingkungan terus bermunculan, kebutuhan nyata industri Eropa terhadap kelapa sawit membuka peluang besar bagi Indonesia untuk tetap memimpin pasar ini dengan pendekatan yang lebih berkelanjutan, transparan, dan diplomatis. Nilai-nilai ekspor akan menjadi modal utama RI untuk terus berkembang lebih baik ke depannya.