NarayaPost

Bersama Kebenaran, Ada Cahaya

Home » Blog » Indonesia Tawarkan Impor Gandum dan Pesawat Boeing Demi Lunakkan Tarif Trump

Indonesia Tawarkan Impor Gandum dan Pesawat Boeing Demi Lunakkan Tarif Trump

Menko Airlangga terkait impor gandum dan pesawat boeing

NarayaPost – Impor Gandum dan Pesawat Boeing. Dalam upaya meredakan ketegangan perdagangan dan mempertahankan hubungan dagang yang saling menguntungkan dengan Amerika Serikat (AS), Pemerintah Indonesia tengah menyusun strategi jitu: meningkatkan impor gandum dan pesawat buatan Boeing.

Langkah ini menyusul kebijakan keras Presiden Donald Trump yang kembali menjabat, di mana tarif impor terhadap produk asal Indonesia mencapai angka 32%. Indonesia pun memilih jalur diplomasi ekonomi, melalui paket kerja sama yang akan ditandatangani dalam waktu dekat.

BACA JUGA : Melihat Nasib DPRD Usai MK Pisah Pemilu, Bisa Diperpanjang?

Strategi Lunakkan Tarif: Beli Komoditas dan Pesawat AS

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan bahwa Indonesia telah menawarkan pemotongan tarif bea masuk komoditas asal AS hingga mendekati nol persen. Hal ini berlaku untuk sejumlah komoditas unggulan AS seperti produk pertanian, gandum, dan kedelai.

“Ekspor utama AS itu mendekati nol, tapi tergantung juga berapa besar tarif yang kita dapatkan dari AS,” kata Airlangga, Jumat (4/7/2025).

Salah satu poin utama dalam negosiasi ini adalah rencana impor gandum senilai US$ 500 juta atau sekitar Rp 8,09 triliun. Selain itu, Indonesia melalui maskapai Garuda Indonesia juga membuka peluang pembelian 75 unit pesawat Boeing dalam rangka memperkuat kerja sama perdagangan.

Surplus Dagang dan Tarik Ulur Tarif Trump

Pada tahun 2024, Indonesia mencatat surplus perdagangan sebesar US$ 17,9 miliar terhadap Amerika Serikat. Surplus yang cukup besar ini rupanya menjadi sorotan dalam kebijakan proteksionisme Trump yang dikenal agresif dalam menekan mitra dagangnya.

Trump melalui kebijakan tarif baru menaikkan bea masuk barang dari Indonesia, termasuk elektronik, tekstil, dan alas kaki. Akibatnya, produk RI menjadi kurang kompetitif di pasar AS. Dalam situasi seperti ini, strategi Indonesia untuk membuka keran impor produk AS dinilai sebagai langkah balasan diplomatis yang cerdas.

Garuda Indonesia Siapkan Pembelian Boeing

Negosiasi juga melibatkan sektor penerbangan nasional. Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, disebut-sebut tengah berdialog langsung dengan Boeing untuk pembelian 75 unit pesawat baru. Kendati belum ada pernyataan resmi dari Garuda, wacana ini sudah masuk dalam agenda perjanjian kerja sama yang akan diteken pekan depan.

Langkah ini sejalan dengan rencana restrukturisasi armada dan peningkatan layanan Garuda Indonesia pasca-pandemi.

Asosiasi Tepung Gandum RI Dukung Langkah Pemerintah

Sektor pangan turut merespons langkah pemerintah. Ketua Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia, Franciscus Welirang, menyatakan bahwa anggota asosiasi siap mendukung dengan rencana tender pembelian dua juta ton gandum asal AS.

“Anggotanya akan membeli total dua juta ton melalui tender dengan harga yang kompetitif. Intinya semua anggota akan membeli gandum AS,” tegas Franciscus.

Gandum tersebut diperkirakan akan digunakan sebagai bahan baku industri makanan, terutama roti dan mie instan, yang permintaannya tetap tinggi di pasar domestik.

Peluang Investasi AS di Sektor Mineral Strategis

Selain komoditas pangan dan transportasi, Indonesia juga membuka peluang investasi bagi perusahaan-perusahaan asal AS untuk terlibat dalam pengolahan mineral strategis, seperti nikel, bauksit, dan tembaga.

Menurut Susiwijono Moegiarso, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, pembukaan investasi ini diharapkan memberi nilai tambah bagi hilirisasi industri Indonesia, sekaligus sebagai tawaran simbiosis mutualisme untuk meredam kebijakan tarif AS yang memberatkan.

“Kami menawarkan kerja sama investasi dalam rantai pasok mineral penting, termasuk proyek smelter dan baterai kendaraan listrik,” ujar Susiwijono.

Pandangan Pengamat: Diplomasi Ekonomi Cerdas

Ekonom senior dari CSIS, Yose Rizal Damuri, menyebut langkah Indonesia sebagai bentuk “ekonomi barter modern” yang bertujuan menyeimbangkan tekanan dagang dengan kepentingan nasional.

Menurutnya, pendekatan yang tidak konfrontatif ini cukup tepat dalam menghadapi mitra sebesar Amerika Serikat, apalagi di bawah kepemimpinan yang cenderung keras seperti Donald Trump.

“Daripada perang dagang terbuka, lebih baik gunakan diplomasi ekonomi untuk mengunci kerja sama yang menguntungkan kedua belah pihak,” ujarnya.

BACA JUGA : Suka Minum Kopi di Pagi Hari? Ini Kata Ahli

Penutup: Realisme Baru dalam Hubungan RI-AS

Indonesia sedang mempraktikkan apa yang oleh banyak pakar disebut sebagai “realisme baru dalam diplomasi perdagangan”. Di tengah dunia yang makin multipolar dan penuh rivalitas dagang, pendekatan berbasis kepentingan dan win-win solution menjadi pilihan yang rasional.

Dengan meningkatkan impor gandum dan pesawat Boeing, Indonesia tidak hanya menunjukkan komitmen dalam hubungan dagang bilateral, tapi juga menciptakan ruang negosiasi lebih luas untuk melindungi industri dalam negeri dari tekanan tarif AS.

Kini, semua pihak menantikan hasil konkret dari perjanjian yang akan diteken pekan depan. Apakah strategi ini efektif meredam kebijakan tarif tinggi Trump? Waktu yang akan menjawab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *