India Serang Markas Separatis ULFA di Myanmar, Tiga Pemimpin Tewas dalam Operasi Drone

Narayapost.com – Myanmar | India serang markas separatis ULFA di Myanmar. Situasi di perbatasan Myanmar dan India timur laut kembali memanas setelah militer India dilaporkan melakukan serangan udara menggunakan drone ke wilayah kamp separatis Front Pembebasan Bersatu Asom (ULFA). Operasi lintas batas ini menewaskan sedikitnya tiga komandan senior kelompok tersebut dan melukai sejumlah anggota lain, termasuk warga sipil.
Mengutip laporan dari AFP, India serang markas separatis ULFA di Myanmar terjadi pada Sabtu malam waktu setempat (12/7), menyasar wilayah basis ULFA yang berlokasi di sisi perbatasan Myanmar, berdekatan dengan negara bagian Assam dan Arunachal Pradesh di India.
“Seorang komandan senior ULFA tewas dan 19 lainnya luka-luka akibat serangan drone militer India di wilayah kami,” demikian pernyataan dari kelompok separatis tersebut melalui saluran media internal mereka.
BACA JUGA : Pemimpin Iran Kecam Israel Jika Masih Serang Warga Gaza
ULFA juga mengonfirmasi bahwa dua komandan senior lainnya tewas dalam serangan susulan. Selain itu, mereka mengeklaim bahwa kamp milik kelompok pemberontak lain, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), juga turut menjadi sasaran serangan militer India.
Konflik yang Sudah Berlangsung Puluhan Tahun
ULFA adalah kelompok separatis yang sejak tahun 1979 memperjuangkan kemerdekaan bagi negara bagian Assam, wilayah timur laut India yang kaya sumber daya alam. Kelompok ini kerap memanfaatkan wilayah Myanmar sebagai tempat persembunyian dan pelatihan.
Selain ULFA, kelompok PLA juga mengadvokasi pemisahan diri negara bagian Manipur, salah satu titik panas konflik etno-politik di India.
Konflik antara pemerintah India dan kelompok-kelompok separatis ini telah menelan ribuan korban jiwa selama lebih dari tiga dekade. Namun, eskalasi kekerasan menurun tajam dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah salah satu faksi ULFA memilih menandatangani perjanjian damai dengan pemerintah India pada tahun 2023.
Diamnya Pemerintah India dan Risiko Ketegangan Regional
Hingga berita ini diturunkan, pemerintah India belum memberikan konfirmasi resmi terkait operasi drone lintas batas ini. Namun, berbagai sumber keamanan India menyebut bahwa operasi semacam ini dilakukan sebagai langkah preventif untuk mengatasi ancaman teror lintas perbatasan.
Pakar hubungan internasional di Universitas Jawaharlal Nehru, Prof. Neelima Sharma, menilai tindakan ini berisiko memperburuk hubungan India–Myanmar yang sudah renggang sejak kudeta militer Myanmar pada 2021.
“Jika benar India melancarkan serangan tanpa koordinasi dengan pemerintah Myanmar, ini bisa memicu ketegangan diplomatik yang serius,” ujarnya kepada The Hindu.
Myanmar sendiri tengah berada dalam situasi politik yang tidak stabil. Junta militer yang memerintah sejak kudeta, menghadapi tekanan dari kelompok etnis bersenjata dan pemerintahan bayangan. Wilayah perbatasan Myanmar–India pun menjadi ladang konflik berbagai faksi.
Dimensi Kemanusiaan: Warga Sipil Jadi Korban
Selain korban dari pihak separatis, laporan internal dari ULFA menyebutkan bahwa beberapa warga sipil lokal turut mengalami luka-luka akibat serangan tersebut. Sayangnya, belum ada laporan independen yang bisa memverifikasi klaim ini secara menyeluruh.
Organisasi HAM seperti Human Rights Watch dan Amnesty International telah lama menyerukan penghentian serangan lintas batas yang berisiko merugikan masyarakat sipil.
BACA JUGA : Misteri Kematian Diplomat Kemlu Terus Diburu Polisi
Kesimpulan: Bayang-bayang Perang Asimetris
Serangan drone India di Myanmar menunjukkan babak baru dalam pendekatan militer terhadap kelompok pemberontak. Strategi ofensif lintas batas ini menggarisbawahi bagaimana negara-negara kini semakin mengandalkan teknologi presisi seperti drone untuk menghadapi konflik asimetris.
Namun, jika tidak dikendalikan dengan ketat, operasi semacam ini dapat memperburuk konflik regional, mengundang kecaman internasional, dan menambah daftar panjang korban dari kalangan masyarakat sipil yang tak berdosa.