Indonesia Peringkat 4 Produsen Beras, Petani Semakin Jaya!

NarayaPost – Di tengah ketidakpastian iklim dan ancaman krisis pangan global, Indonesia mencatat capaian penting: Indonesia peringkat 4 sebagai produsen beras terbesar di dunia. Data ini dirilis Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) pada Juni 2025, menempatkan Indonesia tepat di bawah Tiongkok, India, dan Bangladesh.
FAO memprediksi produksi beras Indonesia akan menyentuh angka 35,6 juta ton untuk musim tanam 2025/2026. Ini adalah angka yang tidak kecil, mengingat beras masih menjadi makanan pokok utama lebih dari 270 juta penduduk negeri ini.
Pilar Ketahanan Pangan Nasional
Capaian ini bukan sekadar angka, melainkan cerminan dari kekuatan sektor pertanian dalam menopang ketahanan pangan nasional. Dengan luas lahan sawah yang tersebar dari Pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi hingga Papua, Indonesia membuktikan bahwa sektor primer ini masih memiliki napas panjang.
BACA JUGA: Menyambut Akhir Pekan di Barat Jakarta
Produksi beras yang melimpah juga menjaga stabilitas harga di pasar domestik, menekan angka impor, serta mendukung kebijakan swasembada pangan yang kembali digaungkan pemerintah dalam beberapa tahun terakhir.
Tantangan yang Tidak Kecil Meski Indonesia Peringkat 4
Namun di balik torehan positif ini, terdapat sederet tantangan yang perlu diwaspadai. Salah satu isu utama adalah perubahan iklim yang tak menentu. Kemarau panjang, banjir, dan anomali cuaca lainnya berpotensi mengguncang pola tanam dan hasil panen.
Selain itu, regenerasi petani menjadi kekhawatiran tersendiri. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan tren penurunan jumlah petani muda, seiring urbanisasi dan migrasi kerja ke sektor non-pertanian.
Tak kalah penting, alih fungsi lahan juga masih menjadi momok. Ribuan hektare sawah produktif berganti rupa menjadi kawasan industri, perumahan, atau infrastruktur setiap tahunnya. Tanpa pengelolaan ruang yang berkelanjutan, capaian sebagai produsen besar bisa terancam stagnasi.
Pusat Produksi Bukan Lagi Hanya Pulau Jawa
Pulau Jawa selama ini dikenal sebagai lumbung padi nasional. Namun menariknya, kontribusi dari luar Jawa kian signifikan. Provinsi seperti Sulawesi Selatan, Sumatra Selatan, dan Kalimantan Barat menunjukkan geliat produktivitas yang tinggi.
Ini menunjukkan bahwa produksi beras Indonesia semakin tersebar merata, sekaligus membuka peluang bagi pengembangan pertanian berbasis kawasan. Pemerintah pun mulai mendorong transformasi pertanian modern melalui mekanisasi dan digitalisasi pertanian.
Menuju Ketahanan yang Berkelanjutan
Capaian Indonesia sebagai produsen beras terbesar ke-4 dunia tentu membanggakan. Namun prestasi ini bukanlah akhir, melainkan awal dari pekerjaan besar untuk menjadikannya berkelanjutan. Modernisasi pertanian, reformasi tata kelola pangan, serta perlindungan terhadap petani dan lahan menjadi kunci agar angka ini tak sekadar pencapaian statistik, tetapi berbuah manfaat nyata bagi rakyat.
BACA JUGA: Tentara Israel Akui Diperintah Tembaki Warga Gaza, Ini Alasannya
Ke depan, Indonesia dihadapkan pada pilihan penting: apakah ingin terus menjadi produsen pangan tangguh di tengah krisis global, atau justru tergelincir karena abai pada tantangan yang mengintai?
Kesimpulan: Masa Depan Negeri
Beras bukan hanya bahan pangan, tetapi simbol stabilitas sosial dan politik bangsa. Ketika sawah tetap hijau, dan petani tetap menanam dengan tenang, maka negara pun akan berdiri kokoh. Pun begitu, petani sebagai masyarakat yang membutuhkan keberlangsungan hidup akan merasa lebih aman bilamana padi tetap memberikan asa untuk kehidupan mereka.
Menjadi produsen besar berarti memikul tanggung jawab besar. Negara Indonesia yang semakin berkembang akan terus menunjukkan potensi yang turut berpengaruh dalam sektor pangan. Dan kini, Indonesia telah memulai babak baru dalam sejarah pangan nasional dengan harapan, tantangan, dan peluang yang berjalan beriringan.