Kelaparan di Gaza Membunuh Enam Orang dalam 24 Jam Terakhir: Krisis Kemanusiaan Memuncak

NarayaPost – Krisis kelaparan di Gaza semakin memburuk, dengan laporan terbaru dari Kementerian Kesehatan Palestina yang mengungkapkan bahwa enam orang dewasa tewas akibat kelaparan dan malnutrisi dalam 24 jam terakhir. Menurut data yang diterima oleh rumah sakit di Gaza, korban tersebut termasuk dalam kategori kelaparan akut yang semakin meningkat. Kematian ini menambah jumlah total korban tewas akibat kelaparan menjadi 175 orang, termasuk 93 anak-anak yang tidak dapat bertahan hidup dalam kondisi yang semakin memprihatinkan.
Krisis ini timbul akibat pengepungan yang terus berlanjut dan serangan udara oleh Israel terhadap Gaza. Warga Gaza yang sudah kehabisan pasokan makanan, terpaksa berebut sisa makanan yang tersedia, namun sering kali mereka menjadi sasaran tembakan oleh pasukan Israel. Kehidupan sehari-hari di Gaza semakin sulit, terutama dengan adanya pembatasan ketat terhadap distribusi bantuan kemanusiaan yang vital bagi kelangsungan hidup mereka.
BACA JUGA : Gudang Dinas SDA di Pasar Minggu Kebakaran, Diduga Akibat Korsleting Listrik
Dampak Kelaparan di Gaza: Sebuah Krisis Kemanusiaan yang Menghancurkan
Dalam 24 jam terakhir, enam orang dewasa dilaporkan meninggal dunia akibat kekurangan gizi dan kelaparan akut yang terjadi di Gaza. Penyebab utama dari kelaparan ini adalah pengepungan yang dilakukan oleh Israel, yang telah memutuskan hampir seluruh akses ke pasokan makanan dan kebutuhan dasar lainnya. Warga Gaza yang kelaparan tidak hanya harus menghadapi kekurangan makanan, tetapi juga ancaman keamanan yang terus meningkat.
Laporan terbaru dari Kantor Media Pemerintah Gaza mengungkapkan bahwa pada Sabtu (2/8/2025), hanya 36 truk bantuan yang berhasil memasuki wilayah Gaza. Padahal, PBB sebelumnya memperkirakan setidaknya 500 hingga 600 truk bantuan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penduduk Gaza. Namun, meskipun bantuan datang, sebagian besar truk tersebut dijarah sebelum isinya dapat didistribusikan kepada warga yang membutuhkan.
Pihak berwenang Gaza menuduh Israel sengaja menciptakan kekacauan di wilayah tersebut, yang semakin memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah berlangsung selama berbulan-bulan. Masyarakat internasional, yang telah lama menyaksikan kekejaman ini, merasa terperangkap dalam kebisuan yang memalukan, sementara ribuan orang meninggal dunia akibat kelaparan dan konflik yang berkepanjangan.
Kebutuhan Mendesak akan Bantuan Kemanusiaan dan Pengakhiran Pembantaian
Salah satu isu paling mendesak yang dihadapi oleh Gaza adalah keterbatasan bantuan kemanusiaan yang masuk. Pemerintah Gaza dan berbagai organisasi kemanusiaan menyerukan agar penyeberangan segera dibuka untuk memungkinkan distribusi bantuan lebih banyak, termasuk susu formula bayi yang sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa anak-anak yang kekurangan gizi.
Di tengah kondisi yang semakin memprihatinkan, ada seruan internasional yang semakin keras untuk menghentikan serangan-serangan yang telah merenggut lebih dari 60.000 nyawa warga Palestina. Namun, meskipun ada tekanan global, Israel tetap mempertahankan serangan sebagai balasan atas serangan yang mereka klaim dilakukan oleh Hamas pada Oktober 2023. Serangan tersebut, menurut klaim Israel, menyebabkan kematian lebih dari seribu warga Israel, serta mengambil lebih dari 250 sandera yang hingga kini masih ada yang ditahan di Gaza.
Latar Belakang Konflik dan Pembalasan Israel
Konflik yang berlarut-larut ini berawal pada Oktober 2023 ketika Israel mengklaim bahwa serangan besar-besaran dari Hamas menyebabkan jatuhnya lebih dari 1.200 korban jiwa di Israel. Selain itu, Israel mengungkapkan bahwa mereka telah kehilangan 251 orang yang disandera, dengan 49 orang masih ditahan di Gaza.
Israel kemudian melancarkan serangan besar-besaran sebagai pembalasan atas serangan yang mereka sebut sebagai aksi teroris. Meskipun demikian, serangan ini telah mengakibatkan kerusakan yang sangat besar di Gaza, dengan ribuan warga Palestina menjadi korban dan sistem kesehatan yang hampir runtuh akibat kekurangan pasokan medis dan makanan.
Mengapa Dunia Diam Saja?
Di tengah pembantaian yang terus berlanjut ini, komunitas internasional dihadapkan pada dilema moral. Banyak negara dan organisasi internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), telah mengeluarkan pernyataan mengecam kekerasan ini, namun tindakan nyata untuk mengakhiri krisis kelaparan dan pembantaian di Gaza masih sangat minim. Sementara itu, warga Gaza terus menderita akibat pengepungan yang membatasi akses mereka terhadap kebutuhan dasar dan bantuan internasional.
Ketidakmampuan dunia untuk mengambil langkah-langkah lebih tegas dalam menanggulangi krisis ini hanya memperburuk penderitaan jutaan orang yang terjebak dalam kekerasan yang tak berkesudahan. Keberanian negara-negara besar untuk bertindak secara efektif untuk menghentikan serangan-serangan ini masih diragukan, meskipun situasi di Gaza semakin memburuk setiap harinya.
BACA JUGA : Pemerintah Dorong Tata Kelola yang Bersih dan Berbasis Kinerja Nyata demi Cegah Korupsi
Kesimpulan: Membutuhkan Solusi yang Berkelanjutan
Krisis kelaparan yang melanda Gaza adalah sebuah tragedi kemanusiaan yang seharusnya memicu perhatian dunia untuk bertindak. Akan tetapi, tanpa adanya perubahan dalam kebijakan internasional dan penghentian serangan secara efektif, tidak ada harapan bagi rakyat Gaza untuk keluar dari penderitaan ini. Solusi yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk memastikan kebutuhan dasar warga Gaza dapat dipenuhi, dan perdamaian dapat dicapai untuk menghentikan krisis ini.