NarayaPost

Bersama Kebenaran, Ada Cahaya

Home » Blog » Los Angeles Memanas: Warga Protes Operasi Imigrasi dan Keputusan Trump Kirim Garda Nasional

Los Angeles Memanas: Warga Protes Operasi Imigrasi dan Keputusan Trump Kirim Garda Nasional

los angeles memanas

NarayaPost — Ketegangan memuncak di Los Angeles akhir pekan kemarin, saat ribuan orang turun ke jalan untuk menyuarakan protes terhadap operasi penegakan imigrasi oleh lembaga Imigrasi dan Bea Cukai (ICE), serta keputusan Presiden Trump yang mengerahkan Garda Nasional ke wilayah tersebut.

Menurut laporan dari ABC7, aksi demonstrasi awalnya berlangsung di pusat kota Los Angeles, namun dengan cepat menyebar ke wilayah Paramount dan Compton. Ketegangan meningkat drastis hingga terjadi bentrokan keras antara para demonstran dan aparat keamanan.

BACA JUGA: Danantara Ambil Peran Strategis di Aksi Korporasi Grab-GoTo, Jaga Ekosistem Digital dari Dominasi Asing

Penyebab utama kemarahan publik adalah pengerahan sekitar 300 personel federal, termasuk Garda Nasional, yang dikirim langsung oleh Presiden Trump tanpa berkonsultasi atau mendapat izin dari Gubernur California, Gavin Newsom. Gubernur Newsom mengecam keras tindakan ini, menyebutnya sebagai “pelanggaran serius terhadap otonomi negara bagian,” dan menuntut agar pasukan federal segera ditarik.

Di berbagai titik kota, situasi juga memanas. Para pengunjuk rasa melempar batu dan pecahan semen ke arah kendaraan petugas, bahkan beberapa mobil kosong dibakar hingga asap hitam mengepul tebal di langit kota. 

Aparat pun merespons dengan gas air mata, peluru karet, granat kejut, dan proyektil merica untuk membubarkan massa. Sejumlah demonstrasi dinyatakan sebagai “pertemuan ilegal,” dan puluhan orang ditangkap.

Dalam sepekan terakhir, operasi ICE di wilayah Los Angeles mengakibatkan penangkapan lebih dari 100 imigran. Aksi protes ini mencerminkan kekhawatiran mendalam di kalangan komunitas imigran, yang merasa terancam dengan kebijakan imigrasi yang semakin ketat dan represif.

Meski intens, protes kali ini belum mencapai skala kerusuhan besar seperti yang pernah terjadi pada insiden Watts, Rodney King, atau demonstrasi besar menentang kekerasan polisi pada tahun 2020. Namun, ketegangan yang terjadi jelas menunjukkan meningkatnya konflik antara pemerintah federal dan masyarakat Los Angeles terkait isu imigrasi.

Dilansir RNZ, Wali Kota Los Angeles, Karen Bass, menyatakan bahwa operasi ICE tersebut sengaja dilakukan untuk menciptakan ketakutan di tengah-tengah warga. Sebaliknya, Kepala ICE AS, Todd Lyons, membela operasi tersebut dengan menyebut bahwa ICE menangkap sekitar 1.600 orang per hari, termasuk mereka yang dianggap sebagai “pelaku kejahatan berbahaya.”

Namun, para pembela hak imigran mengecam keras pendekatan ini, menilai bahwa tindakan tersebut justru mencederai keluarga-keluarga pekerja dan menanamkan rasa takut yang mendalam di komunitas. Mereka menuntut agar operasi semacam ini segera dihentikan.

Meski kondisi di lapangan cukup genting, otoritas kota Los Angeles tetap menegaskan komitmen mereka dalam membela hak-hak imigran. Mereka menggambarkan situasi saat ini sebagai kondisi yang “tidak ideal” dan penuh tantangan, baik bagi warga maupun bagi penegak hukum yang berada di tengah-tengah ketegangan ini.

Kesimpulan

Aksi protes besar-besaran di Los Angeles mencerminkan meningkatnya ketegangan antara warga, khususnya komunitas imigran, dan pemerintah federal akibat operasi ICE serta pengerahan pasukan oleh Presiden Trump tanpa persetujuan negara bagian. 

Bentrokan antara demonstran dan aparat menjadi bukti nyata keresahan publik terhadap kebijakan imigrasi yang dinilai menebar ketakutan. Meski belum sebesar kerusuhan masa lalu, situasi ini menyoroti pentingnya dialog antara pemerintah dan masyarakat. 

BACA JUGA: Izin Tambang 4 Perusahaan Nikel di Raja Ampat Kembali Dievaluasi, Ini Kata KLHK

Otoritas lokal menegaskan dukungan mereka terhadap hak imigran, seraya menyerukan penanganan yang lebih manusiawi dan menghormati kedaulatan negara bagian.

Situasi ini menegaskan pentingnya dialog antara pemerintah pusat dan daerah, serta perlunya pendekatan kebijakan imigrasi yang lebih manusiawi dan adil agar tidak semakin memperkeruh hubungan antara aparat dan masyarakat. Bagaimana pendapat Anda?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *