Munich Kota Paling Nyaman Pejalan Kaki, Jakarta Belum

NarayaPost – Munich Kota Paling Nyaman Pejalan Kaki. Kenyamanan berjalan kaki di suatu kota kini menjadi salah satu indikator penting dalam menilai kualitas hidup penduduk serta daya tarik wisata sebuah destinasi. Kota yang ramah bagi pejalan kaki tidak hanya memberikan pengalaman perjalanan yang lebih menyenangkan, tetapi juga mendukung gaya hidup sehat, mengurangi polusi, hingga meningkatkan efisiensi mobilitas.
Sebuah laporan terbaru dari Compare The Market, platform pembanding harga internasional, menempatkan Munich, Jerman, di peringkat pertama sebagai kota paling nyaman untuk pejalan kaki di dunia. Sementara itu, kota-kota besar Asia Tenggara seperti Manila dan Bangkok justru masuk dalam daftar kota yang dinilai kurang ramah bagi pedestrian. Menariknya, belum ada satupun kota di Indonesia, termasuk Jakarta, yang tercatat dalam daftar tersebut.
BACA JUGA : Bunuh Diri Jadi Penyebab Utama Kematian pada Anak Muda
Mengapa Munich Paling Nyaman untuk Pejalan Kaki?
Munich berhasil menempati posisi teratas setelah melalui penilaian pada delapan indikator walkability, di antaranya:
- Panjang jalur sepeda dan trotoar
- Skor keamanan bagi pengguna jalan
- Harga tiket serta kualitas transportasi umum
- Area bebas kendaraan (car-free zones)
- Curah hujan rata-rata bulanan
- Ketersediaan fasilitas publik yang dekat dengan akses jalan kaki
Kombinasi faktor-faktor tersebut menjadikan Munich kota yang ramah, aman, dan efisien bagi siapa saja yang ingin menjelajahi kota dengan berjalan kaki. Trotoar yang lebar, tata ruang kota yang tertib, serta kebijakan transportasi publik yang terintegrasi membuat wisatawan maupun penduduk lokal merasa nyaman.
Selain itu, Munich juga memiliki banyak ruang terbuka hijau seperti Englischer Garten dan Marienplatz yang semakin menambah daya tarik berjalan kaki di tengah kota.
10 Kota Paling Ramah Pejalan Kaki di Dunia
Berikut daftar sepuluh kota terbaik versi Compare The Market (2025):
- Munich, Jerman
- Milan, Italia
- Warsawa, Polandia
- Helsinki, Finlandia
- Paris, Prancis
- Tokyo, Jepang
- Madrid, Spanyol
- Oslo, Norwegia
- Kopenhagen, Denmark
- Amsterdam, Belanda
Terlihat jelas bahwa kota-kota Eropa mendominasi daftar ini, menunjukkan keseriusan mereka dalam membangun infrastruktur transportasi ramah lingkungan.
Kota yang Kurang Ramah Pejalan Kaki
Sayangnya, tidak semua kota di dunia memiliki fasilitas yang mendukung pedestrian. Berikut sepuluh kota yang masuk kategori paling tidak nyaman untuk berjalan kaki:
- Johannesburg, Afrika Selatan
- Patras, Yunani
- Dallas, AS
- Houston, AS
- Manila, Filipina
- Bangkok, Thailand
- Mumbai, India
- Cape Town, Afrika Selatan
- Quito, Ekuador
- Chicago, AS
Faktor utama yang menyebabkan rendahnya kenyamanan adalah keterbatasan trotoar, macet parah, tingkat kriminalitas jalanan, serta polusi tinggi.
Bagaimana dengan Jakarta?
Pertanyaan besar tentu muncul: Apakah Jakarta sudah masuk daftar kota ramah pejalan kaki?
Jawabannya, belum.
Jakarta masih menghadapi berbagai tantangan dalam menciptakan ekosistem yang ideal bagi pedestrian. Beberapa isu utama antara lain:
- Keterbatasan trotoar berkualitas: meski beberapa kawasan pusat bisnis sudah memiliki jalur pejalan kaki yang baik, namun di banyak daerah lain trotoar masih sempit, rusak, atau terhalang pedagang kaki lima.
- Polusi udara tinggi: jumlah kendaraan bermotor yang besar menurunkan kenyamanan berjalan kaki.
- Tingkat keamanan jalan: crossing atau penyeberangan yang belum optimal membuat pejalan kaki harus ekstra hati-hati.
- Kurangnya konektivitas transportasi publik dengan jalur pedestrian.
Walau begitu, Jakarta sebenarnya mulai berbenah. Proyek revitalisasi trotoar di kawasan Sudirman–Thamrin, Dukuh Atas, dan Gelora Bung Karno menjadi contoh positif. Ditambah lagi, integrasi dengan MRT, LRT, dan TransJakarta memberikan peluang bagi masyarakat untuk lebih banyak berjalan kaki menuju transportasi umum.
Manfaat Kota Ramah Pejalan Kaki
Mengapa penting bagi Jakarta dan kota-kota Indonesia lainnya untuk meningkatkan walkability? Berikut alasannya:
- Meningkatkan kesehatan masyarakat – berjalan kaki adalah olahraga ringan yang bisa menurunkan risiko penyakit jantung dan obesitas.
- Mengurangi polusi – semakin sedikit penggunaan kendaraan pribadi, semakin bersih udara kota.
- Efisiensi waktu dan biaya – tanpa macet dan ongkos parkir, warga bisa berhemat.
- Meningkatkan pariwisata – wisatawan lebih nyaman mengeksplorasi kota dengan berjalan kaki.
- Menciptakan interaksi sosial – ruang publik yang ramah pedestrian mendorong interaksi positif antarwarga.
Peluang untuk Kota di Indonesia
Meski belum masuk daftar, bukan berarti mustahil. Dengan langkah konsisten memperbaiki infrastruktur trotoar, memperluas kawasan bebas kendaraan, memperkuat transportasi publik, serta meningkatkan kesadaran warga, kota-kota di Indonesia berpotensi masuk daftar kota ramah pejalan kaki dunia.
Jakarta, Bandung, dan Surabaya adalah kandidat kuat apabila pembangunan infrastruktur pedestrian dilakukan secara merata.
BACA JUGA : Nadiem Makarim Jadi Tersangka Kasus Laptop Chromebook
Kesimpulan
Munich telah membuktikan bahwa kota modern bisa tetap ramah bagi pejalan kaki tanpa mengorbankan mobilitas. Jakarta dan kota-kota Indonesia lain masih punya pekerjaan rumah besar. Namun dengan arah pembangunan yang semakin berpihak pada transportasi publik dan ruang publik ramah pedestrian, masa depan kota ramah pejalan kaki di Indonesia bukan sekadar mimpi.