NarayaPost

Bersama Kebenaran, Ada Cahaya

Home » Blog » Penolakan Iran terhadap Proposal Nuklir AS, Khamenei: Pengayaan Uranium Tak Akan Dihentikan

Penolakan Iran terhadap Proposal Nuklir AS, Khamenei: Pengayaan Uranium Tak Akan Dihentikan

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dalam pidato menolak proposal nuklir AS

NarayaPost – Penolakan Iran terhadap proposal nuklir AS menyebabkan ketegangan diplomatik antara Iran dan Amerika Serikat. Hal ini memuncak setelah Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, secara terang-terangan menolak proposal terbaru Washington untuk menyelesaikan kebuntuan program nuklir Iran. Dalam pidato yang disiarkan langsung melalui televisi pemerintah pada Rabu (4/6/2025), Khamenei menyatakan bahwa Iran tidak akan menghentikan aktivitas pengayaan uranium, dan menyebut bahwa Amerika tidak berhak mencampuri urusan internal negara tersebut.

“Mengapa Anda (AS) ikut campur dalam menentukan apakah Iran harus melakukan pengayaan atau tidak? Anda tidak memiliki suara,” ujar Khamenei dalam pernyataan yang juga dikutip oleh kantor berita Reuters dan Al Arabiya. Ia menegaskan bahwa pengayaan uranium merupakan hak Iran sebagai negara berdaulat dan bagian dari kebijakan strategis nasional.

BACA JUGA : Microsoft Kembali Lakukan PHK, Lebih dari 300 Pegawai Terdampak

Pernyataan ini menyusul laporan dari seorang diplomat Iran kepada Reuters, yang mengindikasikan bahwa Teheran kemungkinan besar akan menolak proposal AS yang mengusulkan pembatasan pengayaan uranium pada tingkat tertentu. Langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), yang ditinggalkan oleh pemerintahan Donald Trump pada 2018.

Iran Pertahankan Posisi: Nuklir untuk Tujuan Damai

Iran secara konsisten menyatakan bahwa program nuklirnya memiliki tujuan damai, termasuk pengembangan energi dan aplikasi medis. Namun, kekuatan Barat—terutama Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa—menaruh curiga bahwa Teheran secara diam-diam ingin mengembangkan senjata nuklir.

“Republik Islam Iran tidak berusaha membangun bom nuklir, karena hal tersebut bertentangan dengan prinsip-prinsip agama dan fatwa yang sudah dikeluarkan oleh Khamenei sendiri,” ujar Mohammad Eslami, kepala Organisasi Energi Atom Iran (AEOI), seperti dikutip dari Press TV.

Meski demikian, laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menunjukkan bahwa Iran telah memperkaya uranium hingga tingkat kemurnian 60%, hanya sedikit di bawah ambang batas 90% yang dibutuhkan untuk senjata nuklir. Hal ini meningkatkan kekhawatiran komunitas internasional, terutama Israel dan negara-negara Teluk, akan potensi eskalasi konflik.

Permintaan Transparansi dari IAEA

IAEA dalam laporan terbarunya meminta Iran untuk meningkatkan transparansi dan memberikan akses penuh ke fasilitas-fasilitas nuklirnya. Badan pengawas nuklir PBB tersebut menyatakan bahwa beberapa situs nuklir Iran belum memberikan data lengkap terkait kegiatan pengayaan uranium.

Menanggapi hal ini, pemerintah Iran menyatakan bahwa mereka tidak menyembunyikan apapun dan terbuka untuk kerja sama selama tidak melanggar hak kedaulatan negara.

“Kami selalu siap berdialog secara konstruktif, namun tekanan dan ancaman tidak akan mengubah posisi kami,” tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani.

Kebuntuan Diplomasi Masih Berlanjut

Upaya untuk menghidupkan kembali JCPOA telah berlangsung selama bertahun-tahun tanpa hasil konkret. Sementara pemerintahan Presiden Joe Biden awalnya menyatakan keinginan untuk kembali ke kesepakatan, tuntutan dari kedua belah pihak terlalu jauh untuk dijembatani.

Washington menginginkan pembatasan teknis terhadap program nuklir Iran dan peningkatan pengawasan, sementara Teheran menuntut pencabutan penuh sanksi ekonomi sebagai prasyarat kesepakatan.

BACA JUGA : Prabowo Berlakukan Diskon Tiket Kereta, Pesawat, dan Tol Per Hari Ini

Implikasi Geopolitik dan Ekonomi

Penolakan Iran terhadap proposal AS ini dapat memperburuk ketegangan di kawasan Timur Tengah. Israel, yang secara terbuka menentang program nuklir Iran, sebelumnya telah mengancam akan melakukan serangan militer jika Teheran melanjutkan pengayaan pada tingkat tinggi.

Di sisi ekonomi, sanksi internasional yang berkepanjangan terus berdampak besar pada perekonomian Iran, termasuk pembatasan ekspor minyak dan pembekuan aset. Namun, dukungan dari negara-negara seperti Rusia dan China memberi Iran celah untuk tetap bertahan dari tekanan Barat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *