Reaksi Rencana Evakuasi Warga Gaza Palestina dan Dilema Geopolitik

NarayaPost– Rencana Indonesia evakuasi warga Gaza menuai respons global. Dari dukungan PKB hingga penolakan Turki, inisiatif ini memunculkan pertanyaan: apakah murni kemanusiaan, atau strategi politik?
Langkah Indonesia menyiapkan Pangkal Pinang sebagai lokasi evakuasi sementara bagi warga Gaza memicu respons global. Dari dukungan politisi dalam negeri hingga penolakan Turki, rencana ini mengantar Indonesia ke medan diplomasi yang tak mudah.
Dukungan Politik dalam Negeri
Fraksi PKB melalui Syamsu Rizal menyatakan bahwa rencana Presiden Prabowo mengevakuasi warga Gaza mencerminkan kepemimpinan moral Indonesia. Ia menyebut inisiatif ini sebagai “diplomasi kemanusiaan yang cerdas”, serta bentuk nyata solidaritas Indonesia terhadap Palestina.
Menteri Sosial Saifullah Yusuf pun menegaskan bahwa pemerintah hanya menyiapkan fasilitas, dan keputusan final tetap berada di tangan presiden. Pemerintah daerah seperti Bengkulu bahkan menawarkan rumah sakit dan fasilitas pribadi mereka untuk mendukung langkah ini.
Respons dari Negara Timur Tengah dan Dunia
Namun, tidak semua negara menyambut baik. Turki secara tegas menolak rencana ini, meski belum memberikan alasan resmi. Beberapa analis mengaitkan penolakan tersebut dengan kekhawatiran bahwa evakuasi massal dapat dimanfaatkan Israel sebagai celah untuk mempercepat proses depopulasi Gaza — skenario yang ditolak oleh negara-negara Arab yang menuntut “right of return” bagi warga Palestina.
Kementerian Luar Negeri RI saat ini masih melakukan konsultasi intensif dengan Yordania, Qatar, Mesir, dan Uni Emirat Arab untuk memastikan bahwa langkah ini tidak menabrak sensitivitas politik regional.
BACA JUGA: Indonesia Siap Tampung Warga Gaza di Pangkal Pinang
Kekhawatiran Akademisi dan Pengamat
Pakar dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) memperingatkan bahwa evakuasi yang terlihat murni kemanusiaan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan politik tertentu. Misalnya, memperkuat hubungan Indonesia dengan pemerintahan Donald Trump — yang dikenal pro-Israel — atau digunakan sebagai alat diplomasi dalam upaya mendulang dukungan internasional di bidang pertahanan dan ekonomi.
Isu ini juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan aktivis HAM, yang mengingatkan bahwa bantuan kemanusiaan tidak boleh menjadi topeng untuk melegitimasi pelanggaran hak asasi di wilayah konflik.
Indonesia di Persimpangan Diplomasi
Indonesia dikenal sebagai negara dengan posisi tegas dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Namun dalam kasus ini, posisi Indonesia cukup dilematis. Di satu sisi, ingin membantu warga Gaza yang terluka dan terdampak perang. Di sisi lain, harus menghindari kesan bahwa langkah ini menjadi bagian dari “rencana pengosongan Gaza” yang dituding sebagai strategi Israel.
Langkah selanjutnya perlu dikawal secara transparan. Pemerintah harus menyusun peta jalan yang jelas: mulai dari durasi penampungan, hak-hak para pengungsi, jaminan pemulangan, hingga kejelasan sikap dalam diplomasi Timur Tengah.
Kesimpulan Rencana Evakuasi
Rencana evakuasi warga Gaza ke Indonesia menempatkan Jakarta di tengah arus geopolitik yang kompleks. Apakah Indonesia mampu menjalankan diplomasi kemanusiaan yang tetap netral, atau justru terseret dalam pusaran strategi politik global? Jawaban atas pertanyaan itu akan menentukan arah hubungan luar negeri Indonesia di masa mendatang.