NarayaPost

Bersama Kebenaran, Ada Cahaya

Home » Blog » Reza Pahlavi Serukan Dukungan Barat untuk Upaya Perubahan Rezim di Iran

Reza Pahlavi Serukan Dukungan Barat untuk Upaya Perubahan Rezim di Iran

Reza Pahlavi berbicara dalam konferensi pers di Paris terkait perubahan rezim di Iran

NarayaPost – Upaya Perubahan Rezim di Iran. Di tengah meningkatnya eskalasi militer antara Iran dan Israel, Reza Pahlavi—putra dari Shah Iran terakhir yang digulingkan dalam Revolusi Islam 1979—menyuarakan seruan keras kepada dunia internasional. Dalam konferensi pers yang digelar di Paris, Pahlavi menyatakan kesiapannya memimpin transisi politik Iran menuju sistem demokrasi dan memohon dukungan penuh dari negara-negara Barat untuk mewujudkan perubahan rezim di Teheran. Hal tersebut merupakan upaya perubahan rezim di Iran.

Pahlavi, yang telah hidup di pengasingan selama lebih dari empat dekade, menyebut bahwa momentum saat ini adalah yang paling tepat untuk membangun kembali Iran tanpa dominasi rezim teokratis yang selama ini berkuasa di bawah Ayatollah Ali Khamenei.

“Saya menyerahkan diri untuk memimpin transisi secara damai. Ini adalah momen kita untuk bersama-sama membangun Iran yang merdeka, demokratis, dan sejahtera,” ujar Pahlavi.

BACA JUGA : Cerita Artita Lolos Kuliah Gratis di UGM, Tak Menyerah Kejar Mimpi

Konflik yang Menciptakan Peluang Politik

Sejak 13 Juni 2025, Iran dan Israel terlibat dalam perang udara terbuka, yang kemudian diperburuk oleh keterlibatan militer Amerika Serikat. Pada akhir pekan lalu, AS diketahui telah menggempur beberapa fasilitas nuklir di Iran sebagai tanggapan terhadap eskalasi yang mengancam kawasan. Pahlavi menilai bahwa tekanan militer dari luar telah mempercepat retaknya fondasi kekuasaan Khamenei.

“Kekuatan militer dapat menyingkirkan aparat teror. Tapi rakyat Iran yang akan menyelesaikan perjuangannya,” kata Pahlavi kepada media.

Ajakan kepada Dunia Barat

Menurut Pahlavi, selama ini negara-negara Barat terlalu bergantung pada diplomasi yang tidak membuahkan hasil. Ia mengkritik keras pendekatan deeskalasi yang didorong oleh Eropa dan menilai negosiasi dengan rezim Khamenei telah terbukti sia-sia.

“Anda sudah berunding cukup lama. Sekarang saatnya berinvestasi pada rakyat Iran, bukan pada rezimnya,” tegas Pahlavi.

Ia juga mengajak pemerintah Barat untuk menyediakan dukungan teknis kepada kelompok oposisi, seperti akses internet tanpa sensor, komunikasi terenkripsi, dan strategi penyebaran informasi untuk menggalang aksi massa secara damai.

Kritik dan Dukungan Terhadap Pahlavi

Walau membawa harapan baru bagi sebagian masyarakat Iran dan diaspora, langkah Pahlavi tidak lepas dari kontroversi. Masa lalu keluarganya yang terkait dengan SAVAK—polisi rahasia era monarki yang ditakuti—masih menjadi catatan kritis dari banyak kelompok oposisi yang tidak menginginkan kembalinya sistem monarki, walaupun dalam bentuk simbolis.

Namun demikian, Pahlavi tetap memiliki basis pendukung yang cukup kuat di kalangan pro-monarki dan kalangan muda Iran yang kecewa terhadap represi dan stagnasi ekonomi dalam sistem yang sekarang. Beberapa organisasi diaspora bahkan telah menyatakan dukungan terhadap wacana pemerintahan transisi yang dia usulkan.

Kemungkinan Kejatuhan Rezim Khamenei

Reza Pahlavi optimistis bahwa tahun 2025 akan menjadi akhir dari pemerintahan Khamenei. Ia menyebutkan bahwa kombinasi tekanan ekonomi, kemarahan rakyat, dan intervensi luar telah menciptakan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mengakhiri kekuasaan absolut yang telah berlangsung lebih dari empat dekade.

“Peluangnya sangat besar bahwa Khamenei tidak akan bertahan hingga akhir tahun ini,” ucapnya penuh keyakinan.

BACA JUGA : Fakta Menarik Pulau Papua, Nggak Cuman Ada Raja Ampat

Kesimpulan: Menuju Masa Depan Baru Iran

Apakah dunia siap menyambut Iran pasca-Khamenei? Reza Pahlavi percaya bahwa masa depan Iran harus ditentukan oleh rakyatnya sendiri. Dengan semangat inklusif, ia menyerukan persatuan lintas etnis dan agama untuk membangun masa depan Iran yang demokratis dan bebas.

Sementara itu, masyarakat internasional kini berada pada titik krusial untuk menentukan pendekatan mereka terhadap Iran: tetap berunding dengan rezim yang telah kehilangan kepercayaan rakyat, atau mendukung transisi yang digerakkan oleh masyarakat sipil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *