Tarif Baja dan Aluminium Akan Naik Jadi 50%, Trump Klaim Selamatkan Industri Domestik

NarayaPost — Presiden Donald Trump pada Jumat lalu (30/5) mengumumkan keputusan mengejutkan untuk menggandakan tarif impor baja dan aluminium dari 25% menjadi 50%, efektif mulai Rabu depan. Pengumuman ini disampaikan dalam sebuah kampanye di Pittsburgh, Pennsylvania, di hadapan para pekerja baja.
Sebagaimana dilaporkan oleh BBC News, Trump menyatakan bahwa langkah ini bertujuan untuk mendukung industri baja lokal, memperkuat pasokan nasional, sekaligus mengurangi ketergantungan Amerika Serikat terhadap Tiongkok.
Dalam pidatonya, ia juga menyebutkan rencana investasi $14 miliar untuk produksi baja di wilayah tersebut melalui kemitraan antara US Steel dan Nippon Steel dari Jepang. Namun, ia kemudian mengakui kepada wartawan bahwa kesepakatan final belum ia lihat atau pun disetujui.
“Tidak akan ada PHK dan tidak ada outsourcing sama sekali, dan setiap pekerja baja AS akan segera menerima bonus $5.000 yang memang pantas didapatkan,” ujar Trump.
Langkah ini menjadi babak terbaru dalam pendekatan tarif “rollercoaster” Trump sejak ia kembali menjabat pada Januari.
BACA JUGA: Elon Musk Mundur dari Pemerintahan Trump, Pakar Ungkap Alasan dan Dampaknya
Menurut sumber yang sama, Trump mengawali pidatonya dengan mengklaim telah “menyelamatkan” US Steel, produsen baja terbesar Amerika yang berbasis di Pittsburgh, melalui tarif 25% yang ia terapkan pada masa jabatan pertamanya di tahun 2018.
Meskipun demikian, penjualan dan keuntungan US Steel sendiri diketahui telah menurun dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan tarif menjadi 50% disebut Trump sebagai cara untuk memastikan kelangsungan hidup US Steel.
Jika ditarik ke belakang, manufaktur baja AS mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Sementara itu, Tiongkok, India, dan Jepang memimpin sebagai produsen baja terbesar dunia. Beberapa data juga menunjukkan seperempat dari seluruh baja yang digunakan di AS adalah impor.
Pengumuman kenaikan tarif baja dan aluminium ini muncul di tengah pertarungan hukum yang sedang berlangsung terkait legalitas beberapa tarif global yang diterapkan oleh Trump. Meskipun Pengadilan Perdagangan Internasional sebelumnya telah memerintahkan pemerintah untuk menghentikan pajak tersebut, pengadilan banding telah mengizinkan gugatan ini berlanjut.
Menariknya, tarif baja dan aluminium yang baru diumumkan oleh Trump ini tidak terpengaruh oleh gugatan hukum yang sedang berjalan.
Namun, dampak tarif Trump sejauh ini justru memicu kekacauan ekonomi global. Perdagangan dan pasar dunia menjadi kacau, sekaligus merenggangkan hubungan AS dengan berbagai negara, bahkan para mitra terdekatnya.
Donald Trump mengisyaratkan adanya kesepakatan baru dengan Nippon Steel Jepang, namun ia tak memberikan rincian. Yang menarik, kedua perusahaan belum mengkonfirmasi kesepakatan ini.
Situasi ini membingungkan, mengingat pada Desember 2023, US Steel telah sepakat diakuisisi Nippon senilai $15 miliar, namun diblokir Biden atas alasan keamanan nasional. Trump sendiri, saat kampanye, menentang keras akuisisi oleh “perusahaan asing” tersebut.
Dalam “kemitraan” yang baru dilaporkan, rincian kepemilikan atau operasional US Steel masih belum jelas. Namun, Gedung Putih mengklaim Trump telah meyakinkan Nippon untuk meningkatkan investasi di AS dan memberikan hak veto kunci kepada pemerintah atas operasional pabrik. Media AS melaporkan Jepang berencana menginvestasikan $14 miliar selama 14 bulan.
Detail lain yang mencuat dari laporan termasuk komitmen mempertahankan kepemilikan US Steel di AS dengan warga negara AS sebagai pimpinan, serta janji tak memotong produksi selama 10 tahun dan hak veto pemerintah atas pemotongan produksi setelahnya. Namun, semua ini masih sebatas laporan dan belum ada konfirmasi resmi.
BACA JUGA: Momen Akrab Prabowo dan Megawati di Upacara Hari Lahir Pancasila 2025
Pengumuman tarif baru oleh Trump ini adalah contoh klasik bagaimana retorika politik dapat berbenturan dengan realitas ekonomi dan kompleksitas diplomasi.
Meskipun niatnya untuk melindungi industri dalam negeri, ketidakpastian seputar kesepakatan kunci seperti US Steel-Nippon Steel dan dampak historis tarif pada hubungan global menunjukkan bahwa kebijakan ini berpotensi menciptakan lebih banyak ketidakpastian daripada stabilitas.
Bisa dibilang, hal ini adalah langkah berisiko yang perlu dicermati dampaknya secara jangka panjang, tidak hanya bagi AS tetapi juga pasar global. Bagaimana menurut Anda?