TNI Lumpuhkan 8 Anggota OPM dalam Operasi Papua

Narayapost.com – TNI Lumpuhkan 8 Anggota OPM. Situasi keamanan di Papua kembali menjadi perhatian publik setelah TNI lumpuhkan 8 anggota OPM (Organisasi Papua Merdeka) dalam sepekan terakhir. Kontak tembak terjadi di sejumlah wilayah strategis, khususnya di Kabupaten Puncak Jaya dan Intan Jaya, yang selama ini dikenal sebagai basis aktivitas kelompok bersenjata.
BACA JUGA : Bendera Merah Putih Tetap Cerah, Begini Cara Merawatnya!
Operasi di Distrik Mewoluk: Tenggamati Enumbi Terindikasi Tewas
Pada Jumat (8/8), pasukan TNI melaksanakan patroli keamanan di Distrik Mewoluk, Kabupaten Puncak Jaya. Lokasi ini diduga kuat sebagai tempat persembunyian kelompok OPM yang dipimpin oleh Tenggamati Enumbi. Berdasarkan catatan kepolisian, Tenggamati pernah masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) Polda Papua karena terlibat dalam aksi pencurian dengan kekerasan di Pos Polisi Kulirik, Puncak Jaya.
Pangkoops Habema, Mayjen Lucky Avianto, menjelaskan bahwa saat patroli mendekati sasaran, pasukan TNI mendapat serangan dari arah lawan. Kontak senjata pun tidak terhindarkan.
“Tiga anggota OPM tertembak, salah satunya diduga Tenggamati Enumbi. Kelompok ini kemudian melarikan diri ke arah timur sambil membawa korban,” kata Lucky dalam keterangan tertulis, Sabtu (16/8).
Dari lokasi kejadian, aparat berhasil mengamankan sejumlah barang bukti, antara lain dua pucuk pistol, dua unit radio HT, puluhan butir amunisi berbagai kaliber, satu bendera Bintang Kejora, tiga unit telepon genggam, hingga perlengkapan tempur.
Kontak Senjata di Sugapa: Tokoh OPM Tewas
Tiga hari setelahnya, Senin (11/8), kontak senjata kembali terjadi di Kampung Mamba, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya. TNI berhadapan dengan kelompok OPM Kodap VIII Kemabu yang dipimpin oleh Sabinus Waker.
Dalam insiden ini, satu anggota OPM bernama Dece Mujijau tewas di tempat. Ia dikenal sebagai tokoh penting di bawah komando Sabinus Waker. Selain itu, dua anggota lain yakni Daume Maeseni dan Sabinus Joani mengalami luka tembak.
TNI juga mengamankan barang bukti berupa empat butir amunisi kaliber 5,56 mm, satu tas selempang, satu ponsel Android, dan sebuah kalung berlogo OPM.
Teleginus Maiseni dan Ajudan Tewas
Kontak senjata berlanjut sehari kemudian, Selasa (12/8), di sekitar Kampung Eknemba, Distrik Sugapa, Intan Jaya. Dalam baku tembak ini, dua anggota OPM dinyatakan tewas, yakni Teleginus Maiseni yang merupakan tokoh kelompok Kemabu, serta ajudannya.
Pangkoops Habema Mayjen Lucky menegaskan bahwa operasi militer ini merupakan langkah strategis yang tidak dapat ditawar untuk melindungi warga sipil.
“Rangkaian penyisiran ini adalah langkah tegas dan terukur guna menjaga stabilitas keamanan serta melindungi masyarakat. TNI tidak akan memberi ruang bagi pihak-pihak yang berupaya mengganggu ketertiban,” tegasnya.
Sikap TNI: Tegas tapi Humanis
Kapuspen TNI, Mayjen Kristomei Sianturi, menyampaikan bahwa semua tindakan prajurit TNI dilakukan sesuai aturan hukum.
“Seluruh operasi dijalankan secara profesional dan terukur. Namun, TNI juga tetap konsisten mengedepankan pendekatan teritorial yang humanis dan dialogis sebagai bagian dari upaya jangka panjang membangun stabilitas di Papua,” jelas Kristomei.
Pernyataan tersebut sejalan dengan strategi keamanan nasional yang mengedepankan pendekatan ganda, yakni hard power melalui operasi militer, serta soft power lewat pembangunan kesejahteraan dan dialog.
Konflik Papua dalam Perspektif Keamanan
Konflik antara TNI dan OPM bukanlah hal baru. Menurut laporan Human Rights Watch, wilayah Papua masih menghadapi berbagai persoalan, mulai dari aksi kekerasan bersenjata, diskriminasi, hingga isu pelanggaran HAM.
Pakar keamanan menilai, operasi TNI yang melumpuhkan delapan anggota OPM ini menunjukkan keseriusan negara dalam menjaga keutuhan NKRI. Namun, pendekatan militer perlu dibarengi dengan pembangunan sosial-ekonomi agar tidak menimbulkan siklus konflik baru.
BACA JUGA : 2 Jempol dari Jokowi untuk Prabowo Usai Pidato Kenegaraan
Dampak bagi Masyarakat Papua
Keamanan yang terganggu akibat aksi kelompok bersenjata berdampak langsung pada masyarakat. Warga kerap mengalami ketakutan, akses pendidikan terhambat, hingga aktivitas ekonomi terhenti. Dengan operasi yang lebih terukur, diharapkan stabilitas kembali tercapai sehingga masyarakat Papua bisa hidup aman.
TNI menegaskan bahwa keberadaan mereka di Papua tidak hanya untuk operasi militer, tetapi juga membangun komunikasi dengan tokoh adat, gereja, dan masyarakat sipil. Upaya ini diharapkan mampu menekan potensi rekrutmen anggota baru OPM yang selama ini terjadi akibat faktor sosial dan ekonomi.