WHO Segerakan Deklarasi Bencana Pangan di Gaza, Kondisinya Makin Parah

NarayaPost – Kelaparan (famine) secara resmi telah dikonfirmasi melanda Gaza untuk pertama kalinya. Berdasarkan analisis terbaru Integrated Food Security Phase Classification (IPC), lebih dari setengah juta penduduk Gaza hidup dalam kondisi kelaparan. Untuk itu, WHO segera perlakukan deklarasi bencana pangan.
Hal itu ditandai dengan kurangnya akses pangan, kemiskinan, dan meningkatnya kematian yang sebenarnya bisa dicegah. IPC juga memproyeksikan bahwa krisis kelaparan akan meluas dari Gaza Governorate ke wilayah Deir Al Balah dan Khan Younis dalam beberapa minggu mendatang.
Sejumlah lembaga PBB, termasuk FAO, UNICEF, WFP, dan WHO, terus menegaskan pentingnya respons kemanusiaan yang cepat dan berskala penuh demi mencegah lonjakan kematian akibat kelaparan. Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, bahkan menegaskan bahwa kelaparan ini sepenuhnya buatan manusia.
BACA JUGA: Kompol Kosmas yang Lindas Ojol Disanksi Pemberhentian Tidak Dengan Hormat!
“Dunia telah menunggu terlalu lama, menyaksikan kematian tragis yang tidak perlu dari kelaparan buatan manusia ini. Gizi buruk yang meluas berarti bahkan penyakit umum dan ringan seperti diare menjadi fatal, terutama bagi anak-anak,” ujarnya, dikutip dari laman resmi WHO.
Mayoritas Penduduk Gaza Hadapi Krisis Pangan dalam Laporan WHO
Hampir dua tahun konflik, disertai perpindahan paksa dan pembatasan ketat terhadap akses bantuan, membuat penduduk Gaza berada di ambang kehancuran pangan. Akses terhadap makanan semakin terbatas, memaksa banyak orang dewasa rela menahan lapar agar anak-anak mereka bisa tetap makan.
Menurut laporan IPC, pada akhir September 2025, lebih dari 640.000 orang diperkirakan akan menghadapi kerawanan pangan tingkat Bencana (IPC Fase 5). Selain itu, sekitar 1,14 juta orang akan berada dalam kondisi Darurat (IPC Fase 4), sementara 396.000 lainnya akan jatuh ke kategori Krisis (IPC Fase 3).
Dampak Fatal pada Anak dan Ibu Hamil
Kondisi paling memprihatinkan terlihat pada anak-anak Gaza. Tingkat gizi buruk meningkat dengan cepat dan sangat mematikan. Pada Juli lalu, lebih dari 12.000 anak terdiagnosis menderita malnutrisi akut, angka bulanan tertinggi yang pernah tercatat. Dari jumlah tersebut, hampir seperempatnya mengalami malnutrisi akut parah (SAM), bentuk paling berbahaya dan mematikan.
Prediksi ke depan bahkan lebih mengkhawatirkan. Diperkirakan jumlah anak yang berisiko tinggi meninggal akibat malnutrisi akan melonjak tiga kali lipat, dari 14.100 menjadi 43.400 anak pada pertengahan 2026. Hal yang sama juga menimpa ibu hamil dan menyusui. Kasus malnutrisi diperkirakan meningkat drastis dari 17.000 menjadi 55.000 dalam periode yang sama. Dampaknya sudah nyata terlihat, dengan satu dari lima bayi lahir prematur atau dengan berat badan rendah.
Direktur Eksekutif WFP, Cindy McCain, menegaskan, “Peringatan kelaparan sudah jelas selama berbulan-bulan. Yang dibutuhkan sekarang adalah gelombang bantuan, kondisi yang lebih aman, dan sistem distribusi yang terbukti untuk menjangkau mereka yang paling membutuhkan, di mana pun mereka berada.”
BACA JUGA: Misteri Kematian Staf KBRI Peru yang Ditembak Mati, Pelaku Terus Diselidiki
Krisis Kemanusiaan hingga Upaya WHO Lakukan Deklarasi
Kondisi di Gaza hari ini memperlihatkan salah satu krisis kemanusiaan paling mengkhawatirkan di dunia. Kelaparan bukan hanya menelan korban jiwa secara perlahan, tetapi juga mengancam generasi masa depan melalui dampak jangka panjang pada anak-anak dan ibu hamil.
Pernyataan Dr. Tedros bahwa ini adalah kelaparan buatan manusia menegaskan bahwa bencana ini seharusnya dapat dicegah jika ada kemauan politik dan tindakan nyata. Namun, keterlambatan respons internasional telah mengakibatkan penderitaan mendalam bagi lebih dari dua juta penduduk Gaza.
Seruan Cindy McCain tentang perlunya gelombang bantuan harus menjadi alarm terakhir bagi dunia internasional untuk segera bertindak. Jika kondisi ini terus dibiarkan, angka kematian akan terus meningkat, dan krisis Gaza akan meninggalkan luka sejarah yang panjang.